blog dokter taura big ad

SURAT UNTUK MANTAN KOAS

Surat yang saya tulis beberapa waktu yang lalu ini, adalah murni ungkapan hati dan proyeksi pikiran saya. Tidak ada maksud apa pun, kecuali niat saling mengingatkan agar tidak sombong, tidak jumawa. Selalu ingat bahwa jadi dokter itu tidak mudah. Salah satu faktor terpenting menuju keberhasilan mencapai cita-cita "jadi dokter" adalah doa orang tua, terutama doa ibu.

Perlu diketahui bahwa KOAS adalah sebutan populer untuk DOKTER MUDA, yaitu mahasiswa kedokteran yang sudah menyelesaikan pendidikan S1 kedokteran (pre klinik). Untuk bisa mendapat gelar DOKTER, harus menempuh pendidikan profesi (kepaniteraan) selama 4 semester. 

Pendidikan Kepaniteraan ini dilaksanakan terpadu antara Fakultas Kedokteran dengan Rumah Sakit Jejaring.

Kebetulan RS Muhammadiyah Lamongan, tempat saya mengabdikan diri dijadikan salah satu RS pendidikan kepaniteraan dan sudah bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Malang.


Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh

Part 1: Jadi Dokter itu Cita-Citamu

Dear mantan koas,

Saat membaca surat ini, mungkin kalian sedang berada di klimaks euforia pelantikan dokter beberapa waktu lalu. Mungkin saat ini kalian masih belum move on dari kemeriahan merayakan kesuksesan kalian. Sukses meraih mimpi, sukses merengkuh cita-cita menjadi dokter. Mulai acara makan-makan, kumpul dengan keluarga besar hingga mengunggah foto di media sosial.

jadi dokter itu tidak semudah membalikkan telapak tangan

Dikukuhkannya kalian jadi dokter menjadi petanda berakhirnya perjuangan meraih cita-cita. Perjuangan panjang yang penuh aral dan liku. Belajar hingga larut malam, bangun sebelum fajar untuk mengerjakan tugas, berdiskusi dengan teman-teman seperjuangan tentang tugas kelompok yang kadang diselingi perselisihan dan pertengkaran kecil. Belum lagi harus jaga UGD yang menguras banyak energi, emosi sekaligus empati yang kadang tidak sempat untuk memejamkan mata barang sedetik pun. Meski begitu, paginya dituntut mesti fresh karena harus mengikuti morning report dan visite dengan konsulen. Semuanya butuh effort dan motivasi yang luar biasa.

Jaga ruangan pun, tak kalah berat! Harus bisa bekerja sama dengan profesi lain, harus menguasai problem yang dihadapi oleh masing-masing pasien, harus menulis laporan ke pembimbing, yang kalau salah, bakal kena semprot paginya.

Selain merasa bahwa dilantik menjadi dokter itu menjadi puncak perjuangan, juga menjadi jawaban atas doa-doa kita sepanjang hari. Saat lelah mengerjakan laporan skripsi, saat jenuh menyelesaikan laporan kasus, saat stagnan membaca jurnal yang berbahasa Inggris, tempat mengadu terbaik adalah dengan doa.

Terjawab sudah doa kalian selama ini. Selempang bertuliskan nama kalian dengan gelar dokter di depannya, yang berbordir benang emas itulah jawaban terindah dari doa panjang selama ini.

Saya, yang kebetulan diberi kesempatan berbagi ilmu dengan kalian, walaupun hanya beberapa minggu, mengucapkan SELAMAT atas dilantiknya kalian menjadi dokter. Semoga amanah.

Saya pernah merasakan apa yang kalian rasakan, entah berapa tahun yang lalu. Bahagia bercampur bangga, ditambah sedikit haru, campur aduk jadi satu.

Namun, menjadi bagian kecil dari kesuksesan kalian, rasanya sangat berbeda. Entahlah, saya tidak bisa mendefinisikan perasaan saya saat ini.

Bahagia? Tentu.

Bangga? Pasti.

Terharu? Lebih dari itu.

Sekadar kalian tahu saja, bahwa kebahagiaan seorang guru bukan saat menerima imbalan. Kebahagiaan yang teramat membanggakan bagi seorang guru itu saat melihat anak didiknya sukses.

Kebahagiaan yang teramat membanggakan bagi seorang guru itu saat melihat anak didiknya sukses.

Part 2: Jadi Dokter itu Karena Doa

Dear Mantan koas,

Mari sejenak kita keluar dari zona bahagia yang penuh haru. Tak baik terlalu baper bahkan euforia yang berlebihan. Mari kita melihat dari sisi lain kesuksesan kalian.

Saat kalian jaga UGD di tengah malam yang melelahkan, saat kalian resah karena tugas ilmiah belum kelar, sementara deadline tinggal menghitung jam bahkan menit. Saat kalian menghafal materi kuliah untuk mempersiapkan ujian di tengah senyapnya malam, saat kalian lari-lari kecil dari satu kamar perawatan ke kamar perawatan lain untuk observasi kondisi pasien atau hanya untuk menenangkan keluarga pasien.

jadi dokter itu tidak gampang, butuh perjuangan

Tahukah kalian, ada satu sosok wanita paruh baya yang juga terbangun di sepertiga malam untuk sholat tahajud? Sembari memanjatkan doa dengan khusyuk?

Saat kalian jaga malam, berjalan setengah berlari kesana kemari hingga peluh kalian menetes membasahi baju seragam jaga kalian, di saat yang hampir sama, ada air mata menetes di atas sajadah dengan tangan menengadah keatas langit, sembari melafalkan doa-doa dengan tulus?

Tahukah kalian bahwa doa itu hanya sebagian kecil saja ditujukan untuk diri sendiri? Sebagian besar justru ditujukan untuk anaknya. Doa untuk kesuksesan anaknya dunia akhirat!

Bahkan, saat kalian tertidur pulas di sepanjang malam karena malam sebelumnya kalian terjaga dan banting tulang membantu mengurangi beban ketidaknyamanan pasien, namun di sepertiga akhir malam, saat bintang-bintang di langit gelap mulai bertumbangan, wanita paruh baya tadi masih tetap setia mendoakanmu? Masih tak bosan melinangkan tetes air matanya demi kesuksesan anaknya?

Part 3: Jadi Dokter itu Ojo Dumeh

Dear Mantan Koas,

Masih ingatkah kalian? saat semua orang memuji dan mengucapkan selamat atas prestasi yang kalian capai, ada seorang wanita paruh baya dengan tatapan arifnya, dengan senyum teduhnya, hanya berujar lirih,

"Ojo dumeh, ojo jumawa."

Ya, disaat semua orang menyanjungmu, orang yang paling menyayangimu di dunia ini justru mengingatkanmu akan arti keangkuhan. Itulah makna sayang sesungguhnya

jadi dokter itu pilihan

Masih ingatkah kalian? saat semua orang mencemooh dan menyudutkanmu atas kesalahan yang mungkin tidak kalian sengaja, wanita paruh baya itu dengan aura empati yang luar biasa berkata lembut:

"Aku percaya sama kamu nak. Kesalahan bukan untuk disesali, namun untuk dijadikan pelajaran. Bangkitlah."

Kalimat singkat yang membuat kalian spontan memeluknya. Dan disitulah kalian rasakan makna cinta yang sesungguhnya.

Ya betul, wanita paruh baya yang saya maksud adalah IBU kalian.

Part 4: Jadi Dokter itu Berkat Doa Ibu

Dear mantan koas,

Kalau kalian masih berpikir bahwa kesuksesan yang tengah membuncahkan kalian saat ini adalah hasil dari jerih payah kalian ditambah dengan doa-doa yang selalu kalian panjatkan di akhir sholat kalian, mungkin kalian perlu renungkan sekali lagi.

Apakah ada jaminan bahwa kesuksesan kalian saat ini berkat doa dan jerih payah kalian? Atau, doa yang diijabah oleh Allah SWT justru doa wanita paruh baya yang tak pernah alpa melantunkan doa-doa dalam keheningan dan dinginnya malam?

Andaikan wanita paruh baya itu tidak berhati besar dan mendoakan buruk untuk anaknya yang sering melupakannya … Yang sering tidak menghiraukan pesan whatsapp-nya? Yang sering kalau ditelepon hanya ogah-ogahan menjawabnya? Yang rela menghabiskan uang kiriman orang tunya untuk makan-makan di restoran supaya bisa berfoto dan eksis di media sosial? Yang hanya menelepon orang tuanyanya hanya kalau ada maunya? Yang bahkan lupa menyebut nama orang tuanya dalam tiap doanya? Jawaban apa yang kira-kira akan diberikan Allah jika wanita paru baya tadi mendoakan buruk ke anaknya?

Sekadar kalian tahu bahwa kesuksesan seorang anak manusia sepenuhnya tergantung ridlo Allah. Dan, tahukah kalian bahwa ridlo Allah ada di tangan ayah dan ibu kalian, terutama IBU kalian?

pingin jadi dokter? belajar dan berdoa

Part 5: Ibumu, Ibumu, Ibumu...

Dear mantan koas,

Ketahuilah, bahwa di dunia ini hanya ada satu hutang yang tidak akan bisa terlunasi, walaupun kalian memiliki dunia seisinya. Hutang itu adalah hutang anak kepada ibunya.

Dear mantan koas,

Terima kasih telah membaca suratku ini. Salam buat wanita paruh baya yang ada di hati kalian, sampaikan salam hormatku,
"Tidak ada kesuksesan seorang anak manusia tanpa doa tulus dari ibunya."


Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

DokterTaura
I am a pediatrician, writer dan blogger

Related Posts

62 komentar

  1. Alhamdulillah dokter, terimakasih banyak bimbingan dan ilmunya selama menjadi koas di RSML dokter, Insya Allah kami tak lupa nasihat-nasihat yang dokter sampaikan kepada kami.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih kak Fadli atas kunjungannya di blog cupu ini... Salam buat teman-temin yang lain ya... Ayo ramein kolom komen, sekaligus jadi ajang melepas kangen nih...

      Hapus
  2. Allhamdulillah dokter, ilmu yang diberikan sangat bermanfaat dokter hingga saat ini, semoga ilmu yang saya terapkan menjadi amal jariyah dokter ��, semoga dokter semakinn jaya ya dokter ��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robbal Alamiin.... Semoga selalu sukses ya, Nak... Jaga sholat kalian, jauhi syirik, didik anak-anakmu menjadi anak sholih...

      Hapus
  3. MashaAllah meskipun saya masih aktif koass, saya mebaca tulisan dokter jadi lebih terpacu dalam mejalaninya semakin terbayang2 agar semua proses ini segera selesai dengan baik dan terimakasih untuk pesan pesan kebaikan yang tertulis. Terimakasih juga dokter atas bimbinganya sewaktu saya di pediatri, semoga berkah ilmu yg diajarkan dokter dan sehat selalu dokter🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya Faris. Perjuanganmu memang berat. Tapi saya percaya kamu bisa! Tetaplah menjadi anak kebanggaan orang tuamu.

      Hapus
  4. alhamdulillah terimakasih dokter TR , jadi kangen RSML semoga dokter TR di beri kesehatan selalu aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kangen RSML? Boleh, ayo ke sini... Aku tunggu ya...

      Hapus
  5. Mashaallah terimakasih atas ilmu, pengalaman dan pesan-pesan baiknya dokter, Inshaallah akan kami ingat seterusnya, semoga sehat selalu dokter..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama-sama, Niha. Semoga sehat selalu ya kalian sekeluarga...

      Hapus
  6. MasyaAllah jd kangen koas dok ☺️ Semoga jenengan selalu sehat nggih dokter, terimakasih banyak atas wejangan2 dan ilmu yg sdh jenengan berikan 🙏🏻☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih, Bintan... Semoga ASI nya selalu lancar ya, dimudahkan dalam mendidik anak-anak dan menjaga suami...

      Hapus
  7. Kok jadi mbrebes baca ini. Memposisikan diri menjadi Ibu, jadi pengingat bagi saya untuk terus berdoa yang terbaik bagi anak-anak saya kelak.
    Dokter adalah tugas mulia, semoga yang masih kuliah, sudah koas maupun telah menyandang predikat jadi dokter dilancarkan dan dimudahkan-Nya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Doa ibu memang menjadi sesuatu yang sangat bernilai.... Jadi kunci sukses seorang anak

      Hapus
  8. Semangat belajar dan raih profesi dokter sudah tertunaikan tidak lepas dari doa keluarga (orang tua). Mantap dokter

    BalasHapus
  9. Ya Allah, merinding membaca tulisan ini. Jadi ingat teman2 saya yang dokter, alhamdulillah sekarang sudah pada jadi dokter senior, tempat saya bertanya2 soal medis, soal covid, dll.

    Lalu teringat sekarang saya berperan sebagai perempuan (nyaris) paruh baya itu, dengan anak sulung yang sedang kuliah semester 6 tapi bukan di fakultas kedokteran namun perannya serupa.

    Salut sama Dokter Taura. Tetaplah menulis ya Dokter. Dunia perlu orang2 yang punya profesi beragam yang menulis dengan cara populer seperti yang Dokter lakukan. Sayangnya, dokter yang menulis tak banyak jadi jangan sampai berhenti ya? Semoga sehat dan semangat selalu ya Pak Dokter.

    BalasHapus
  10. TT
    Rabbigfirli waliwali dayya warhamhuma kama rabbayani shaghira

    BalasHapus
  11. Alhamdulillah dok setelah baca langsung keinget momen2 koas dengan jenengan di RSML. Terimakasih atas ilmu-ilmu yg telah diberikan, semoga dokter sehat terus, diberikan kelancaran dan kesuksesan nggih...Amiiin ya Rabb

    BalasHapus
  12. wah kebetulan banget

    saya kemarin keki setengah mati pada para koas di rumah sakit

    file pasien setumpuk, tapi gak ada satupun yang dipanggil untuk diperiksa

    di jam-jam menjelang pukul 12.00 baru deh pemeriksaan dimulai

    bisa ditebak akhirnya, pasien gak bisa menebus resep karena apotik RS tutup di jam istirahat

    kepaksa saya lari ke RS swasta yang tak mengenal jam istirahat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maaf Ambu, memanggil antrian pasien sebenarnya bukan tugas Koas. Mereka hanya membantu sebisanya. Hehehe... Semoga sehat selalu ya, Ambu...

      Hapus
  13. Terima kasih atas pengingatnya, Dok. Dan memang, mau profesi apapun itu, semua pasti ada iringan doa hebat dari Ibu.

    Terakhir.. Salam kenal dari warga Lamongan, Dok. Semangat nge-blog nya dan terus berbagi informasi yang bermanfaat untuk kita semua ^^

    BalasHapus
  14. huhu... mau nangis jadinya baca ini. Di setiap profesi apapun yang ingin diraih seorang anak, yang sedang dijalani oleh seorang anak, ada doa dan air mata ibu yang mengiringi

    BalasHapus
  15. Bagian terakhirnya mengandung bawang, Dok... :')
    Semoga kita selalu dimampukan berbakti pada kedua orangtua dan merawat ayah ibu dengan sebaik-baiknya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin. Tak ada manusia yang patut kita muliakan selain kedua orang tua kita.

      Hapus
  16. Bisa terwujudnya harapan menjadi dokter, gak serta Merta karena cita² dan tekun belajar aja ya, tapi juga karena doa pamungkas cantik dari Ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah, jadi ibu itu sungguh berat. Segala perkataan yang keluar dari lisannya adalah doa. Jadi, harus hati-hati dalam bertutur kata, terutama yang ditujukan untuk anak-anak.

      Hapus
  17. Saat kesuksesan kita raih, doa orang tua tidak boleh dilupakan yaa, bahwa selain usaha-usaha nyata yang sudah kita lakukan ada "tangan gaib" ikut berperan yaitu doa orang tua terutama ibu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saat saya menempuh kepaniteraan dulu, saya sering mendapat hadiah "kebetulan" atau keberuntungan, seperti mendapatkan dosen penguji yang baik hati, mendapat pasien yang kooperatif dan banyak lagi kemudahan yang saya peroleh. Sekarang saya baru sadar, bahwa itu semua berkat doa orang tua...

      Hapus
  18. Ini menyentuh banget suratnya. Langsung berkaca-kaca bacanya. Benar juga, pada kesuksesan anak ada doa orang tua, terutama ibu. Jadi tahu juga ternyata dokter yang ikut visit itu bisa aja malamnya habis jaga juga.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Doa orang tua adalah koentji sukses seorang anak dalam meraih mimpinya....

      Hapus
  19. Benar sekali dokter, ridho dan doa orangtua, terutama ibu itu sangat penting. Seorang anak bukanlah siapa-siapa, jika bukan karena doa ibunya dokter.

    BalasHapus
  20. Subhanallah, jadi teringat orangtua yang ada di rumah. Tanpa doa dan restu orang tua saya pasti tidak akan mencapai pada titik ini, terutama Ibu. Jadi kangen sama yang dirumah..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah... Semakin sering mengingat pengorbanan orang tua selama ini, semoga semakin memompa semangat untuk mengikuti kepaniteraan klinik dengan baik. Tetaplah menjadi anak kebanggaan orang tua kalian...

      Hapus
  21. Memang peran orangtua terutama ibu itu sangat besar ya dokter, dari kita berproses sampai nanti akhirnya bisa meraih cita cita, yang membuat kita bisa menjalani semuanya, karena ada orangtua yang selalu mendoakan dan mendampingi. Terimakasih banyak dokter atas pengingatnya

    BalasHapus
  22. Membaca tulisan dokter rasanya seperti dibawa oleh mesin waktu, kembali mengenang masa perjuangan ketika menjadi koas, hmmm tak terasa ternyata sudah 3 tahun yang lalu masa itu, dan semuanya sudah saya dan teman2 lalui hingga kini bisa meraih gelar dokter, terimakasih nggih dok ilmunya semoga bisa bermanfaat dan menjadi amal jariyah,🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... Tetap semangat mengabdi ya, Ndak...

      Hapus
  23. Balasan
    1. Emang kamu sekarang gemuk ta? Gemuk petanda bahagia, sa...

      Hapus
  24. Alhamdulillah saya ucapakan terimakasih banyak kepada dr. TR ,Sp.A beliau adalah salah satu dokter inspiratif saya, kalau menjelaskan saat kami koas bnr2 detail. Dalam hidup ini tidak ada yang kebetulan termasuk pertemuan saya dan teman kami dg beliau dr. TR, Sp.A pasti semua atas kehendaknya.
    Saya anggap cerita di atas adalah motivasi saya sebagai anak yang tidak akan pernah melupakan hal sekecil apapun yang sudah di lakukan orang tua kepada saya terutama ibu. Saya pribadi bukanlah orang yg pintar dan cerdas saya hanyalah orang bodoh. Saya sebagai dokter dan berada di karir sekarang pastilah karena do'a2 dari orang tua terutama ibu yang setiap waktu mendo'akan anak2nya. Tidak ada balasan yang terbaik untuk para orang tua selaian surga-Nya. Saya ucapakan terimakasih untuk dr. TR, Sp.A untuk ilmunya , sudah mendidik kami bahkan sampai sekarang memberi motivasi untuk pelayanan kami di RSL.. semoga Allah selalu memberikan kesehetan kepada dr. TR dan keluarga, semoga Allah balas semua kebaikan dr. TR kepada kami dengan balasan yang lebih baik, aamiin.....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin ya robby alamin. Tetap semangat mengabdi di bidang kesehatan ya...

      Hapus
  25. Terima kasih dokter atas kata perkata yang dokter sampaikan diatas, mengingatkan kembali bahwa selama ini ada sosok yang mendoakan, mendukung kita dari belakang kadang saya sendiri pun merasa tersindir dengan tulisan dokter yang mana hanya menelfon jika hanya ada maunya, terima kasih banyak dokter telah diingatkan kembali dan terima kasih banyak dokter atas ilmu, waktu, dan nasehat yang dokter berikan.

    BalasHapus
  26. Nabilah Fauziyah16 Juli 2022 pukul 11.00

    Setelah membaca tulisan dokter, saya jadi diingatkan kembali bahwa dibalik semua kemudahan maupun keberhasilan yang didapatkan sekarang, semua nya tidak terlepas dari doa kedua orang tua. Terima kasih banyak dokter atas pengingatnya, dan terima kasih juga atas ilmu dan waktu yang selama ini telah dokter berikan.

    BalasHapus
  27. Assalammualaikum wr wb. Terima kasih banyak dokter atas tulisan yang selalu memacu kami untuk berusaha lebih baik, dan selalu bersyukur karena memiliki ibu yang tak pernah lupa mendoakan anak-anak nya.
    Semoga dokter sehat selalu, dan ilmu yang dokter berikan kepada kami akan menjadi ilmu yang bermanfaat dan barokah. Aamin ya robbbal alamin

    BalasHapus
  28. Dok, saya mau mengucapkan banyak terima kasih atas apa yang dokter kasih kepada saya. Entah itu Ilmu kedokteran, rasa empati ke pasien, rasa tanggung jawab, atau bahkan kesabaran dokter terhadap kami para koas yang terkadang rewel. Mungkin kalau saya mengutarakan langsung kepada dokter dokter, terutama dr. Tr, air mata gabisa terbendung. Sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih atas apa yang dokter berikan. Apalagi sentilan halus untuk selalu ingat bahwa ada doa dari seorang Ibu yang selalu ingat anaknya, melalui tulusan ini. Terima kasih, dok.

    BalasHapus
  29. Muhammad Razardi Bhawika18 Juli 2022 pukul 17.48

    Tulisan dokter mengingatkan saya kembali bahwa apa yang sudah terjadi memang yang terbaik yang diberikan Allah SWT. Berawal dari kelabilan seorang remaja yang tidak mengerti memahami dunia luar, hingga saat ini sudah menjalani pendidikan profosi. Banyak kesulitan dan masalah yang saya sudah lalui, yang entah bagaimana bisa dilalui dengan ketidakdewasaan dalam diri saya. Ternyata do’a ayah dan ibulah yang membawa keridhoan Allah SWT dalam jalan yang saya lalui.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, jadi curhat nih... Semoga ke depannya lebih wise dan lebih dewasa. Waktu jua yang akan membentuk mu jadi dokter yang berkarakter

      Hapus
  30. Terimakasih dokter sudah menginggatkan kami lewat tulisan yang indah ini. "Ridhallahi fi ridhal walidain" menginggatkan sosok orangtua tertutama ibu yang juga berjuang dan selalu mendukung untuk kesuksesan anaknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sudahkah kamu menyapa wanita yang paling menyayangimu hari ini? Sekedar say hello aja... Itu sudah obat paling mujarab!

      Hapus
  31. hwaaaa terharu bangett dokter, bener² bikin nangis apalagi di part doa ibu, karena didalamnya benar² tertulis mendetail tentang seberapa hebat dan ikhlasnya ibu untuk anaknya. jadi tambah tambah kangen sama rumah :'))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ada saatnya kelak, kamu akan merasakan gimana rasanya jadi seorang ibu yang rela melepas anak gadisnya pergi jauh dari rumah hanya demi dua huruf di depan nama anaknya....

      Hapus
  32. Delly Safira Hedaputri12 Desember 2022 pukul 20.12

    Sempat terhenti di 1/3 awal tulisan dokter karena teringat akan ibu yang nun jauh di istana surga-Nya. Teringat akan kasihnya yang sepanjang masa tetapi bakti anaknya di dunia yang masih biasa-biasa saja. Ibu. Ibu. Ibu. Sempatkan walau sebentar, untuk ibu yang yang doanya selalu tumbuh dan mampu menembus langit. Terimakasih dokter atas "pengingat" melalui tulisan indah ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Del... Aku terharu dengan komenmu. Sorry ya, sudah membuatmu sedih...

      Hapus
  33. Fenny Retno Ningrum13 Desember 2022 pukul 17.01

    MaasyaAllah. Saking euforia membaca tulisan dokter dan terburu-buru untuk membagikan tulisan nun indah ini kepada orang terdekat saya, sampai-sampai terlewat untuk meninggalkan jejak di blog kesayangan DM pediatri ini hehe. Jujur pagi itu saya membaca artikel ini sebelum memulai kegiatan di poli dokter. Dan seketika saya menyelesaikan keseluruhan tulisan dokter tidak terasa air mata sudah mengalir deras tidak terbendung. Mengingat memang terjal dan berliku jalan yang saat ini kami hadapi, namun apa yang membuat kami tetap mampu berdiri sampai hari ini tidak lain adalah doa dari kedua orang tua yang tidak pernah terputus 🙏

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beneran ta kamu nangis baca artikel diatas? Cari nilai yang halal dong...

      Hapus
  34. Wah, ternyata ada behind the scene di balik kuliah kedokteran mu ya. Apa pun itu, pasti ada hikmahnya... Semangat ya han...

    BalasHapus
  35. Subhanallah , tersentuh sekali melihat tulisan jenengan dokter menggambarkan betapa usaha dan doa orang tua dalam mendidik anaknya agar dapat berhasil di dunia ini. jadi agak travelling kepikiran gimana ya rasanya kalau udah jadi dokter padahal saat ini KOAS saja belum selesai haha. semoga seperti yang dikatakan dokter semakin banyak ilmu dan pengalaman yang didapatkan menjauhkan kita dari sifat angkuh atau merasa lebih tinggi dari orang lain. terima kasih dokter.

    BalasHapus
  36. Apakah ada yang membawa bawang disini😥😭 MasyaAllaah, thank you for reminding me of these ups and downs Doc. Terkadang saat saya sudah menjalani keseharian di sini, yang muncul seringnya adalah kelelahan, sambatan, dan hal-hal negatif lainnya. Mostly forgetting about the story behind, dan seringnya lupa kalau yang saya jalani ini adalah doa yang dulu aku aminkan setiap detiknya. Mohon bimbingannya selalu agar bisa terus memperbaiki diri dan berusaha menjadi seorang yang baik dan bijak, lebih lagi menjadi dokter terbaik inmy own version. Once again, warmest gratitude to you, sir.
    Bytheway, siapa tau mau retake photoshoot lagi sama kelompok saya Dokter😁

    BalasHapus
  37. MasyaAllah, lagi-lagi tulisan dokter membuat saya terenyuh, bahkan tersadar jika semua yang saya jalani sekarang ini berkat doa ibu. Terimakasih karena tulisan dokter menyadarkan saya yang selama ini mungkin sedikit abai mengenai kondisi ibu karena terlena dan mengatasnamakan sibuk sebagai alasan untuk abai.

    BalasHapus
  38. Dokter, terimakasih sudah mengingatkan saya 🥺
    Sering terbesit dalam diri ini, am I capable to be doctor? am I deserve to have "dr" di depan nama lengkap saya?
    Lika-liku perjalanan untuk menjadi dokter yang sudah saya lewati, sampai detik ini. Saya yakin semua bukan murni karena saya. Saya bukan anak yang terlahir jenius, bukan anak yang "pintere sundul langit" no im not. Saya yakin untuk bisa di titik ini, campur tangan Allah dan doa kedua orang tua saya sangat berperan.

    Terimakasih dokter, suda memberi saya reminder untuk tetap down to earth. Diatas langit masih baaaanyak langit lain.

    Semoga kelak, kami semua murid dokter ini menjadi dokter yang amanah, down to earth, selalu ingat dari mana kita berasal. Dan tentu saja, menjadi kebanggaan keluarga, agama, bangsa dan negara.

    BalasHapus

Posting Komentar