blog dokter taura big ad

INI DIA 13 TIPS ATASI ANAK GTM (GERAKAN TUTUP MULUT)

Permasalahan kesulitan makan pada anak, terutama usia 9-12 bulan merupakan permasalahan klasik. Hampir tiap hari saya sebagai dokter spesialis anak menerima keluhan "Kesulitan Makan" bahkan hingga anak melakukan aksi GTM alias Gerakan Tutup Mulut. Keluhan tidak hanya tidak terjadi di ruang praktik, namun juga di media sosial baik itu whatsapp, twitter, hingga direct message instagram.

Jurus jitu atasi anak susah makan alias GTM

Sebenarnya dimanakah letak akar permasalahan hingga anak melakukan aksi gerakan tutup mulut? Apakah ketrampilan makan anak yang belum dikuasai secara penuh? atau ego ibu yang terlampau tinggi karena ketakutan akan terjadinya gizi kurang bahkan gizi buruk? Atau apakah akar masalahnya ada pada praktik cara memberikan makan yang salah?

Hayo, penasaran kan?

Baiklah, mari kita bahas dari dasar ya ...

Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Balita: Sepenting Apa?

Pemenuhan kebutuhan nutrisi yang optimal merupakan hal yang penting bagi setiap anak. Masalah makan pada anak harus menjadi perhatian khusus bagi orang tua, karena pemenuhan gizi yang baik akan mempengaruhi tumbuh kembang anak sesuai tahapan usia mereka.

Seribu hari pertama kehidupan (1000 HPK) sangat menentukan arah tumbuh kembang anak. Masa 1000 HPK terhitung sejak terbentuknya embrio hingga anak berusia 2 tahun. Gangguan makan pada masa tersebut, berpengaruh pada perkembangan intelektual, kemampuan fokus, fungsi memori, kemampuan mengambil keputusan, serta kecerdasan emosi anak di kemudian hari.

Ketrampilan Makan: Bagian dari Tumbuh Kembang Anak

Pemberian makan merupakan bagian penting dari kehidupan bayi dan anak di bawah tiga tahun (batita) dan sebagian besar interaksi orangtua dan anak terjadi pada saat pemberian makan. Pemberian makan pada bayi dan batita dianggap sebagai proses yang natural.

Feeding rules 1-3 untuk atasi GTM pada anak

Namun fakta menunjukkan bahwa 50-60% orangtua melaporkan bahwa anak mereka mengalami masalah makan. 

Setelah dievaluasi lebih lanjut, didapatkan bahwa anak yang memang memiliki masalah makan adalah 20-30% dan hanya 1-2% mengalami masalah makan yang serius dan berkepanjangan.

Masalah Makan pada Anak

Ketidakmampuan orangtua untuk memberi makan secara benar dapat mengakibatkan masalah makan. Ketidakmampuan ini dapat disebabkan karena kurangnya pengetahuan mengenai empat aspek cara pemberian makan yang benar, yaitu :
  1. Tepat waktu
  2. Kuantitas dan kualitas makanan
  3. Penyiapan dan penyajian yang higienis
  4. Pemberian makan yang sesuai dengan tahapan perkembangan anak dengan menerapkan feeding rules.
    Aturan pemberian makanan pada anak terkait faktor lingkungan

Feeding Rules: Perilaku Makan yang Benar

Feeding Rules merupakan aturan dasar pemberian makan yang benar pada anak.

Feeding Rules (Aturan Pemberian Makan)

Jadwal

-       Ada jadwal makanan utama dan makanan selingan (snack) yang teratur, yaitu tiga kali makanan utama dan dua kali makanan kecil di antaranya.

-       Susu dapat diberikan dua – tiga kali sehari.

-       Waktu makan tidak boleh lebih dari 30 menit.

-       Hanya boleh mengonsumsi air putih di antara waktu makan.

Lingkungan

-       Lingkungan yang menyenangkan (tidak boleh ada paksaan untuk makan)

-       Tidak ada distraksi (mainan, televisi, perangkat permainan elektronik, gadget dll) saat makan.

-       Jangan memberikan makanan sebagai hadiah.

Prosedur

-       Dorong anak untuk makan sendiri

-       Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan (mengatupkan mulut, memalingkan kepala, menangis), tawarkan kembali makanan secara netral, yaitu tanpa membujuk ataupun memaksa. Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mak makan, akhiri proses makan.

Penyebab Masalah Makan pada Anak

Penyebab masalah makan pada anak, sangat bervariasi sehingga memunculkan berbagai klasifikasi masalah makan dengan kelebihan dan keterbatasan masing-masing. Berdasarkan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia), terdapat tiga temuan utama yang menjadi acuan penegakan diagnosis masalah makan pada anak, yaitu keluhan orangtua, status gizi, dan penerapan feeding rules. 

Aturan pemberian makanan pada bayi terkait faktor lingkungan

Berdasarkan tiga temuan utama ini, masalah makan dapat diklasifikasikan menjadi 

  1. Inappropriate Feeding Practice, 
  2. Small Eaters, 
  3. Parental Misperception.

Inappropriate feeding practice

Inappropriate feeding practice adalah masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia. 

Inappropriate feeding practice dapat terjadi primer karena kurangnya pengetahuan orangtua mengenai pemberian makan yang benar atau sekunder sebagai respons terhadap small eaters, parental misperception, dan food preference. 

Penatalaksanaan inappropriate feeding practice adalah edukasi feeding rules yang benar sebagai bagian dari penerapan asuhan nutrisi pediatrik.

Orang tua sebaiknya paham mengenai pemberian makanan yang sesuai usia (age-appropiate food) serta kualitas dan kuantitas makanan. Pemberian makanan sesuai usia mencakup aspek tekstur dan rasio makanan padat dan cair. 

Aturan pemberian makan pada bayi tergantung pada faktor "prosedur"

Rasio makanan padat dan cair juga harus diperhatikan. Untuk anak usia 1 tahun, dianjurkan makanan padat sebanyak 70% dan makanan dalam bentuk cair (susu) sebanyak 30% dari total kebutuhan kalori dalam sehari.

Kualitas dan kuantitas makanan juga perlu dievaluasi. Kuantitas makanan yang cukup akan menghasilkan status gizi yang baik, namun tidak otomatis menyatakan kualitas makanan yang baik.

Kualitas makanan dinilai dari kelengkapan konsumsi empat kelompok utama makanan, yaitu:

  1. Karbohidrat
  2. Protein
  3. Sayur dan buah
  4. Susu

Small Eaters

Small eaters adalah terminologi yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, dan feeding rules benar. 

Anak yang termasuk ke golongan small eaters adalah anak yang aktif, memiliki perkembangan yang normal, seringkali lebih tertarik pada lingkungan dibandingkan makanan, dan tidak memiliki masalah medis yang mendasari. 

Umumnya orang tua yang memiliki anak dengan masalah ini akan menjadi cemas dan memberikan kudapan kepada anaknya, yang justru menurunkan selera terhadap makanan utama dan pada akhirnya menyebabkan orang tua memaksa anak makan. 

Anak dengan small eaters berisiko mengalami gagal tumbuh, jika tidak ditangani dengan benar. Oleh karena itu, pertumbuhan harus dipantau berkala dan berat badan harus naik sesuai grafik pertumbuhan.

Tujuan utama dalam tata laksana anak dengan small eaters adalah untuk meningkatkan nafsu makan dengan menciptakan rasa lapar, sehingga anak dapat menikmati makan. Hal tersebut dapat dicapai dengan penerapan feeding rules, terutama dengan adanya jadwal makan yang terstruktur dan teratur sehingga menciptakan rasa lapar dan kenyang. Perlu diingat agar orang tua tidak tergoda memberikan makanan maupun susu di luar jadwalnya, walaupun anak hanya makan sedikit.

Food preference

Terminologi food preference mencakup keluhan pilih-pilih makan atau penolakan terhadap makanan tertentu. Anak normal dapat mengalami neofobia dalam fase perkembangannya, yaitu penolakan terhadap makanan baru. 

Neofobia yang merupakan fase normal dalam perkembangan seorang anak dapat berlanjut menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten terhadap makanan tertentu sehingga menimbulkan masalah makan berupa food preference, yang memiliki spektrum mulai dari picky eater sampai selective eater.

Picky Eater

Picky eater adalah anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, namun masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur/buah, dan susu. 

Picky eater umumnya didefinisikan sebagai anak yang mau mengonsumsi berbagai jenis makanan baik yang sudah maupun belum dikenalnya tetapi menolak mengonsumsinya dalam jumlah yang cukup.

Picky eater berhubungan dengan kuantitas makanan yang tidak adekuat. Selain itu, picky eater juga mencakup masalah rasa dan tekstur pada makanan. Sedangkan, saat anak menyatakan penolakan terhadap jenis makanan yang belum dikenal, disebut sebagai food neophobia. Perbedaan antara picky eater dan food neophobia berdasarkan novelty makanan (apakah makanan tersebut baru bagi sang anak).

Selective Eater

Selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein. 

Selective eater umumnya terjadi pada anak dengan gangguan perkembangan tertentu, misalnya autistic spectrum disorder, post traumatic feeding disorder, gangguan menelan, keterlambatan oromotor, dan kelainan gastrointestinal. 

Picky eater masih merupakan fase normal dalam perkembangan seorang anak, sedangkan selective eater merupakan food preference yang patologis karena menyebabkan hilangnya asupan salah satu dari keempat kelompok makanan sehingga anak berisiko mengalami defisiensi makronutrien atau mikronutrien tertentu.

Penatalaksanaan Picky Eater dan Selective Eater

Tata laksana picky eater maupun selective eater adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut :

Aturan pemberian makan pada bayi harus memperhatikan faktor prosedur

  1. Sajikan makanan dalam porsi kecil
  2. Pilihan makanan orangtua akan memengaruhi menu yang disajikan bagi anak. Oleh karena itu, perlu diperhatikan agar orangtua menyajikan berbagai jenis makanan walaupun makanan tersebut bukan kesukaan orangtua.
  3. Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan 10 atau lebih paparan dibutuhkan untuk mening katkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun, sedangkan untuk anak usia 4-5 tahun dibutuhkan 8 sampai 15 kali paparan. Untuk pengenalan awal, makanan dapat disajikan di piring orangtua.
  4. Sajikan makanan di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak, tanpa menawarkan ke anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.
  5. Orangtua memberikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan makin tertarik.
  6. Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.
  7. Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining)
  8. Orangtua harus tetap bersikap dan berpikir netral dan tenang dalam menyikapi asupan makanan anak

Parental Misperception

Parental misperception didefinisikan sebagai anak yang menurut pendapat orangtua memiliki masalah makan, namun setelah ditelusuri lebih lanjut orangtua/pengasuh sudah menerapkan feeding rules dengan benar dan anak memiliki status gizi baik. 

Pada kasus ini, diberikan reassurance dan apresiasi pada orangtua bahwa status gizi anak sudah baik dan orangtua sudah menerapkan feeding rules dengan benar.

Kesimpulan

Masalah makan pada anak merupakan masalah umum yang sering dikeluhkan orang tua. Penerapan feeding rules diharapkan masalah sulit makan pada anak dapat teratasi sehingga tumbuh kembang menjadi lebih optimal. Namun, apabila anak tetap sulit makan, maka disarankan untuk berkonsultasi langsung kepada ahli gizi atau dokter spesialis anak.

DokterTaura
I am a pediatrician, writer dan blogger

Related Posts

15 komentar

  1. Halo dok, waaaah alhamdulillaah anak2ku zaman keciiil dulu sepertinya ga pakai GTM nih, bersyukur banget hihihi. Memamg sebaiknya pemberian makan pada anak harus dilakukan dengan bahagia tanpa dipaksa2 ya. Kalau bisa disesuaikan dengan jadwal makan agar teratur. Malah keponakanku nih yang picky eater, jadi bingung kalau diajak bepergian susah pilihin makanan yang dia suka hiks :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu semua karena ibunya telaten... Sabar dan penuh keyakinan dalam memberikan yang terbaik buat anaknya

      Hapus
  2. Dennise Sihombing6 Juni 2022 pukul 22.10

    Malam dok, Puji Tuhan 2 anak-anak tidak mengalami GTM. Entah mengapa ya anakku semua suka dimakan. Hanya khusus buah si sulung, Rachel masih suka pilih hanya suka pisang & jeruk saja. Sementara si kecil hayooo saja semua di makan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, ini cermin keteladanan ibunya nih... Bukan perkara mudah lo mbak, bisa bikin anak bebas gtm

      Hapus
  3. jadi ingat bingungnya masa2 mendampingi anak2 makan dari MPASI hingga akhirnya makan makanan utama
    terlebih kalo GTM, bikin stres. Dibiarkan GTM takut kurang gizi, disuapin mereka ngelepeh lagi, duh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Ambu, kadang beberapa ibu datang ke tempat praktik dokter hanya untuk curhat masalah GTM. Dikasih solusi, eh malah nyolot... Ya udah disabarin aja, mungkin si ibu hanya butuh tempat pelampiasan... Yang penting bayar ya...

      Hapus
  4. Wah baru tahu istilah selektif eater dok. Aku pribadi emang picky eater sih jadi kayake anakku juga lihat aku ya hiks. Padahal aku gak pengen mereka kayak aku... bab jadwla ini emang perlu di benahi lagi

    BalasHapus
  5. GERAKAN TUTUP MULUT/GTM ini kadang bikin cemas para bunda ya, karena kasihan kalo anak gk mau makan...padahal sumber gizi harian kan ya dari makanan itu.

    Setah baca artikel dinatas jadi lebih tercerahkan soal parenting anak. Makasih.

    BalasHapus
  6. Iya sih. Anak yang nggak mau makan memang kayak jadi masalah banget bagi ibunya. Kadang ada yang malah maksa kan, dok.

    Jadi sebelum menjadi ibu, aku kudu banget nih mempersiapkan diri. Gimana sebaiknya saat anak melakukan aksi GTM ini.

    BalasHapus
  7. Permasalah makan dan polanya menjadi sebuah tantangan tersendiri bagi orang tua. Perlu masukan dan pengetahuan.

    BalasHapus
  8. Meresahkan pastinya kalau GTM. Hanya memang dicari dulu ya penyebabbya apa sehingga biar ditemukan solusinya

    BalasHapus
  9. Masalah makan anak memang tricky bagi saya. Anak pertama betul-betul picky eater.. Mungkin pengaruh pas saya hamil juga begitu wkwk. Betul kan Dok? Nah baru yang kedua dan ketiga lancar jayaa.

    BalasHapus
  10. GTM ini masalah aq tiap hari dok, aq bahkan gak bisa ngasih makan anak sebanyak 3x sehari karena dia selalu lari kalo mau aq suapin. kayaknya aq harus menerapkan tips2 diatas, semoga berhasil ya

    BalasHapus
  11. Call at present tospeak with a representativeand learn extra about whattreatment optionsare out there to you. Gambling dependancy therapy varies in intensity frominpatient therapy services,outpatient therapyand mutual assist groups. One of the commonest mutual assist groups for compulsive gambling isGamblers Anonymous. Like Alcoholics Anonymous and Narcotics 카지노사이트 Anonymous, this group follows a12-step modeland relies on peer assist. Gambling can simply go from an exciting pastime to a compulsive habit. If you assume you could be growing a gambling dependancy, seek skilled counseling.

    BalasHapus
  12. Muhamad Nurul Robby22 Juli 2023 pukul 08.27

    picky eather ternyata bisa menghambat perkembangan si kecil ya, tapi ternyata hal ini juga disebabkan karena pola makan anak yang buruk. skill baru lagi untuk mendidik anak menjadi versi terbaiknya

    BalasHapus

Posting Komentar