blog dokter taura big ad

AUDIT KASUS STUNTING DI KABUPATEN LAMONGAN: PENANGANAN STUNTING ITU TIDAK MUDAH!

Mengapa "cegah stunting itu penting?"

Salah satunya karena penanganan kasus stunting itu tidak mudah. 

Pengananan kasus stunting tidak cukup ditangani oleh tenaga medis, tapi harus melibatkan banyak pihak termasuk pemerintahan tingkat desa, kecamatan dan juga tokoh masyarakat.

Tingginya angka stunting mustahil akan turun dengan instant! 

Butuh kolaborasi berbagai pihak, butuh edukasi ke seluruh lapisan masyarakat ratusan hingga ribuan kali. Butuh pembahasan kasus secara mendalam oleh para ahli, bukan hanya pembahasan kasus anak yang sedang menderita stunting, namun lebih jauh juga pembahasan ibu hamil yang berisiko melahirkan bayi calon penderita stunting. Bahkan calon pengantin yang berpotensi melahirkan bayi prematur, juga harus dibedah. 

Ingat: calon pengantin yang menderita gizi kurang atau gizi buruk berpotensi besar melahirkan bayi prematur dan atau bayi dengan berat badan lahir rendah (di bawah 2500 gram). 

Setiap bayi prematur dan atau bayi dengan berat lahir rendah termasuk dalam golongan risiko tinggi stunting.

Jadi untuk menurunkan angka stunting, tidak cukup hanya menangani balita yang sedang mengalami stunting, tapi juga memberantas stunting hingga ke akar-akarnya.

Diseminasi audit kasus stunting di Kabupaten Lamongan tahun 2024

Diseminasi Audit Kasus Stunting

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kabupaten Lamongan menyelenggarakan acara AUDIT KASUS STUNTING dengan mendatangkan 3 nara sumber yaitu:

  1. dr. Taufiqur Rahman, SpA
  2. dr. Rijanto Agoeng Basoeki, SpOG(K), SH, MH, FISQua
  3. Esti Wulandari, STP, SGz 

Acara yang diselenggarakan di ruang Command Center, Gedung Pemerintahan Kabupaten Lamongan lantai 3 itu dibuka secara resmi oleh selaku Drs. KH Abdul Rouf, MAg selaku Plt Bupati Lamongan. Tampak beberapa aparat desa, kepala puskesmas, tenaga kesehatan dan beberapa tokoh masyarakat hadir dan menyimak acara dengan seksama.

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2027 tentang Percepatan Penurunan Stunting, bahwa audit kasus stunting bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus Stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.

Audit kasus stunting adalah satu dari 5 rencana aksi nasional yang termasuk dalam salah satu Strategi Nasional Percepatan Penurunan Shmting. Keempat program lainnya adalah:

  1. Penyediaan data keluarga berisiko Stunting, 
  2. Pendampingan keluarga berisiko Stunting; 
  3. Pendampingan semua calon pengantin lcalon Pasangan Usia Subur (PUS); 
  4. Surveilans keluarga berisiko Stunting
Audit kasus stunting penting dilakukan untuk menggali kasus-kasus stunting yang sulit untuk diatasi dan mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran tertentu.

Audit stunting merupakan upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya, khususnya sebagai penapisan kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui/nifas dan baduta/balita.

Pencegahan Stunting

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2024, melalui buku "Petunjuk Teknik Berbasis Bukti: Diagnosis dan Tatalaksana Stunting Secara Komprehensif untuk Dokter Spesialis Anak" menjelaskan bahwa terdapat 3 tingkatan dalam pencegahan stunting, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.

Pencegahan Primer

Pencegahan primer terhadap stunting meliputi anak dengan berat badan normal tinggi badan normal dan tidak weight faltering

Weight Faltering adalah kondisi berat badan anak yang tidak sesuai dengan garis pertumbuhan pada kurva berat badan anak berdasarkan usia menurut WHO

Pencegahan stunting dimulai dengan pencegahan weight faltering. Pencegahan primer ini harus dilakukan di tingkat keluarga, posyandu dan komunitas.

Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya asupan protein hewani. Oleh karena itu pemberian MPASI kaya protein hewani menjadi penekanan pada pencegahan stunting.

Penelitian di Ekuador (2017) membuktikan bahwa pemberian 1 butir telur ayam setiap hari dimulai umur 6-9 bulan selama enam bulan akan meningkatkan TB/umur sedilai 0,63 SD dan menurunkan prevalensi stunting sebanyak 47%.

Sedangkan studi di Bangladesh tahun 2019 menunjukkan bahwa pemberian satu butir telur ayam dan 150 ml susu UHT (Ultra-high Temperature)sebanyak 6 kali perminggu selama 90 hari pada anak-anak usia 12-18 bulan terbukti meningkatkan indeks TB/umur, baik pada anak yangberisiko mengalami stunting maupun yang sudah mengalami stunting.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder terhadap stunting dilakukkan pada:

  • Anak dengan weight faltering
  • Anak dengan berat badan kurang (BB/U < -2 SD)
  • Anak dengan gizi kurang (BB/TB < -2 SD) dan belum stunting
Pencegahan sekunder terhadap stunting dilakukkan di Puskesmas

Jadi semua balita yang masuk kriteria di atas harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan minimal Puskesmas, dan ditangani oleh dokter.

Selanjutnya, dokter Puskesmas akan melakukan pemeriksaan terkait adanya penyakit medis yang mendasari (red flag) dan memulai pemberian terapi nutrisi.

Pencegahan Tersier

Sasaran pencegahan tersier adalah anak balita yang sedang menderita stunting yang harus ditata laksana segera untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Pencegahan tersier dilakukan di Rumah Sakit oleh dokter spesialis anak.

Semua balita pendek (PB/umur < -2 SD) harus dirujuk ke RS untuk evaluasi diagnosis dan mencari adakah penyakit medis yang mendasari (red flag). 

Di tingkat ini, dokter spesialis anak akan memberikan terapi nutrisi berupa susu PKMK ((Pangan Keperluan Medis Khusus) lengkap dengan dosisnya. 

Audit kasus stunting hendaknya dilakukan secara rutin.

Audit Kasus Stunting

Pada pertemuan yang dibuka dengan laporan kegiatan oleh dr. dr. Aini Mas'idha selaku kepala PPKB Kabupaten Lamongan ini, ketiga narasumber, masing-masing membahas 2 kasus ibu hamil risiko tinggi, 2 kasus calon pengantin yang menderita KEP (Kekurangan Energi Protein) dan 2 kasus balita yang sedang menderita stunting.

Kasus Stunting 1

Kasus MMK, anak laki-laki, umur 22 bulan dengan berat badan 8,25 kg dan panjang badan 76,7 cm (Pengukuran dilakukan tgl 30 Juli 2024)

Langkah Pertama 

Sebagai langkah pertama, kita lakukan plotting tinggi badan per-umur (untuk anak laki-laki) sesuai dengan standar antropometri anak. Di Indonesia, standar antropometri yang digunakan adalah yang termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak. Dikatakan anak dalam kondisi "stunted" apabila PB/umur di bawah -2 SD.

Balita dikatakan stunted apabila tinggi badan per umur di bawah -2 SD

Langkah Kedua

Setelah didapatkan data bahwa panjang badan per umur di bawah -2 SD, selanjutnya mencari "umur berat badan" (weight age-WA) dan "umur tinggi badan" (height age-HA) dan umur kronologis (chronological age - CA). 

Jika WA < HA  < CA (baca: Jika weight age lebih kecil dari height age, dan height age lebih kecil dari chronological age), maka penderita stunted tersebut dinyatakan "stuting"

weight age penting untuk menegakkan diagnosis stunting

Pada kasus di atas, dapat dilihat pada gambar di atas bahwa umur berat badan (weight age) adalah 7 bulan. Jadi seorang anak laki-laki dengan berat badan 8,25 kg itu selayaknya anak laki-laki umur 7 bulan.

Langkah Ketiga

Langkah selanjutnya, lakukan plotting pada tabel PB/Umur menggunakan standar antropometri nasional untuk mencari "usia tinggi badan" atau height age

Height age untuk menetukan apakah balita stunted termasuk stunting
Pada kasus di atas, dapat dilihat di gambar bahwa umur tinggi badan (height age) adalah 13 bulan. Jadi seorang anak laki-laki  dengan tinggit badan 76,7 cm itu selayaknya anak perempuan umur 13 bulan.

Jadi kita sudah mendapatkan data:

  • Weight age 7 bulan
  • Height age: 13 bulan
  • Chronological age: 22 bulan
Karena "weight age < height age < chronological age", maka dapat disimpulkan bahwa kasus di atas memang benar-benar kasus STUNTING.

Langkah Keempat: Mencari Red Flags

Sesuai dengan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Stunting, setiap ditemukannya kasus stunting, harus segera dilakukan penelusuran dan eksplorasi faktor-faktor yang mendasari dengan mencari red flags. Jika ditemukan red flags atau penyebab potensial yang mendasari stunting, harus dilakukan penatalaksanaan secara spesifik.

Setiap kasus stunting hendaknya segera dilakukan intervensi sedini mungkin seperti yang direkomendasikan dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting. Pencegahan dan intervensi stunting dapat dilakukan sejak seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pada kasus di atas, direkomendasikan untuk segera dilakukan test mantaoux untuk mendeteksi adanya infeksi kuman TBC. Jika hasil test positip, maka secepatnya harus diterapi dengan obat anti tuberkulosis selama minimal 6 bulan.

Selain itu, penderita harus segera mendapatkan susu khusus golongan PKMK (Pangan untuk Keperluan Medis Khusus) dengan dosis 6 x 87,5 ml serta makan makanan tinggi kalori, tinggi protein (hewani) sehari 3 kali.

Kasus Stunting 2

Kasus ATF, anak perempuan, umur 31 bulan, berat badan 10 kg dan panjang badan 79 cm (pengukuran dilakukan pada 3 September 2024)

Langkah pertama: melakukan plotting tinggi badan per-umur untuk anak perempuan berdasarkan standar antropometri nasional. Didapatkan TB/umur < -3 SD

Langkah kedua: mencari weight age dengan menggunakan standar antropometri nasional. Didapatkan hasil Weight age: 17 bulan, sedangkan Chronological age: 31 bulan.

Langkah ketiga: mencari height age dengan menggunakan standar antropometri nasional. Didapatkan hasil height age: 17 bulan, sedangkan Chronological age: 31 bulan.

Karena "weight age < height age < chronological age", maka dapat disimpulkan bahwa kasus di atas memang benar-benar kasus STUNTING.

Langkah keempat: investigasi red flags. 

Pada kasus di atas, direkomendasikan untuk segera dilakukan test mantaoux untuk mendeteksi adanya infeksi kuman TBC. Jika hasil test positip, maka secepatnya harus diterapi dengan obat anti tuberkulosis selama minimal 6 bulan.

Selain itu, penderita harus segera mendapatkan susu khusus golongan PKMK (Pangan untuk Keperluan Medis Khusus) dengan dosis 6 x 92 ml serta makan makanan tinggi kalori, tinggi protein (hewani) sehari 3 kali. Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak sakit penting untuk mengejar ketinggalan pertumbuhannya.

Kesimpulan

  1. STUNTING adalah balita “stunted “(perawakan pendek) dengan panjang atau tinggi badan menurut usia dibawah -2 SD berdasarkan grafik pertumbuhan WHO.
  2. Pencegahan stunting meliputi pencegahan primer yang dilakukan pada tingkat keluarga dan komunias, pencegahan sekunder pada tingkat puskesmas dan pencegahan tersier di tingkat RS atau dokter spesialis anak.
  3. Audit kasus stunting bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus Stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.
  4. Audit stunting merupakan upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya, khususnya sebagai penapisan kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui/nifas dan baduta/balita.
  5. Ada tiga hal penting yang harus dilakukan pada audit kasus stunting: memastikan bahwa memang benar stunting, mencari faktor rosiko atau red flags dan merekomendasikan penatalaksaan selanjutnya, baik itu terapi nutrisi maupun terapi spesifik terhadap red flags yang ditemukan

Referensi

  1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting.
  2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2027 tentang Percepatan Penurunan Stunting
  3. Widjaja NA. 2023. Early Detection and Management of Weight Faltering to Prevent Stunting. Materi workshop dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ke-50.
  4. Materi "Desiminasi Audit Stunting Kabupaten Lamongan tahun 2024"
  5. Sjarif DR, Yuliarti K. Petunjuk Teknis Berbasis Bukti: Diagnosis dan Tata Laksana Stunting Secara Komprehensif untuk Dokter Spesialis Anak. Jakarta, Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2024.


DokterTaura
I am a pediatrician, writer dan blogger

Related Posts

34 komentar

  1. Ramadhan Istigar Narukrama22 Oktober 2024 pukul 06.16

    MasyaAllah terimakasih banyak dokter untuk informasi mengenai stunting ini. Informasi yang sangat penting dan bermanfaat sekali terutama untuk saya dan istri saya untuk lebih aware dan memperhatikan sekali nutrisi apa yang harus diberikan melalui MPASI kepada anak saya.
    Dan semoga informasi - informasi seperti ini lebih banyak lagi di sampaikan ke seluruh penjuru Indonesia.
    Sekali lagi terimakasih banyak dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semangat ya buat para orang tua yang punya balita... Berikan yang terbaik buat si kecil.

      Hapus
  2. Kania Putri Dewitasari Hadi22 Oktober 2024 pukul 07.09

    MasyaAllah, artikel ini sangat bermanfaat dan penuh wawasan. Terima kasih banyak dokter. Audit kasus stunting di Lamongan ini menunjukkan pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam menangani masalah stunting. Alhamdulillah, upaya seperti ini menjadi langkah konkret untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, terutama anak-anak yang merupakan generasi penerus bangsa. Semoga program ini terus berkembang dan semakin banyak yang terlibat dalam pencegahan stunting di Indonesia. Terima kasih sekali lagi dokter atas informasi berharga ini, sangat menginspirasi!

    BalasHapus
  3. AL-Bidarri Tsamira Annafila Sutrisno22 Oktober 2024 pukul 07.14

    Sebagai mahasiswa yang peduli dengan isu kesehatan masyarakat, saya sangat mengapresiasi blog yang berjudul "AUDIT KASUS STUNTING DI KABUPATEN LAMONGAN: PENANGANAN STUNTING ITU TIDAK MUDAH!". Artikel ini tidak hanya menyajikan informasi penting terkait masalah stunting, tetapi juga menggambarkan dengan jelas betapa kompleksnya penanganan stunting di tingkat daerah, khususnya di Kabupaten Lamongan. MasyaAllh sekali dr.Taura sangat gamblang dan mudah dimengerti penjelasannya. Terimakasih bnyak enggih dokter

    BalasHapus
  4. Maa Shaa Allah penjelasan yang sangat menarik dan interaktif. Audit kasus stunting di Kabupaten Lamongan memberikan wawasan penting tentang kompleksitas masalah ini. Saya setuju bahwa penanganan stunting tidak mudah, karena melibatkan banyak faktor, mulai dari pendidikan orang tua hingga akses terhadap layanan kesehatan. Penting untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam upaya pencegahan agar solusi yang diterapkan lebih berkelanjutan. Terimakasih banyak nggih dokter

    BalasHapus
  5. Retno Ayu Wulandari22 Oktober 2024 pukul 07.50

    MasyaAllah Terimakasih dokter. informasi terkait Stunting adalah salah satu hal yang harus diperhatikan oleh para orang tua agar lebih waspada dengan apa yang diberikan kepada anak. banyak orangtua yang menormalisasikan terkait tinggi badan yang seharusnya menjadi masalah bagi anak dan yang memiliki dampak kepada anak. 🙏

    BalasHapus
  6. Masyaallah informasi yang sangat penting terutama untuk calon pengantin dan calon orang tua untuk lebih memperhatikan dan agar lebih waspada terhadap kasus stunting ini, terimakasih banyak dokter🙏🏻

    BalasHapus
  7. Maa Syaa Allah terima kasih banyak dokter wawasannya. Stunting sampai saat masih menjadi masalah yang blm terselesaikan di Indonesia. Informasi dan wawasan ini sangat bermanfaat tidak hanya untuk orang tua, tetapi untuk para calon orang tua.

    BalasHapus
  8. Yumna Imtiyaz Hanifa22 Oktober 2024 pukul 08.14

    MasyaAllah penjelasan artikel cukup jelas dan menarik. Data yang disajikan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang isu stanting. Edukasi mengenai gizi yang baik dan akses terhadap makanan sehat harus menjadi prioritas utama. Semoga hasil audit ini dapat mendorong kebijakan yang lebih efektif dalam menanggulangi stunting dan meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Lamongan. Terima kasih dokter atas informasi yang bermanfaat ini.

    BalasHapus
  9. Terimakasih dokter atas ilmunya, stunting membutuhkan banyak pihak tidak hanya tenaga medis tetapi dari melibatkan seperti tokoh masyarakat, perangkat desa. Pencegahan stunting dapat dimulai dengan rutin melakukan pencegahan berat badan dan tinggi badan pada lingkungan keluarga. Puskesmas melakukan pencegahan primer yang dilakukan oleh tenaga medis yaitu dokter dengan mencari penyakit yang mendasari dan memulai teraoi nutrisi

    BalasHapus
    Balasan
    1. pencegahan dan penanganan stunting memang ngeri-ngeri syedap. Anggapan masyarakat, stunting itu urusan medis, harus ditangani oleh nakes. Padahal jauh lebih kompleks dari sekedar nutrisi dan vitamin...

      Hapus
  10. Blog yang sangat informative sekali. Dari sini kita akan tahu dan paham apa itu stunting, bagaimana penanganan serta pencegahan nya.

    Keren sekali dr. Taura, Sp. A

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga bermanfaat ya kak… AyubTing ting gak jadi nikah… penanganan stunting itu tidak mudah

      Hapus
  11. Terima kasih banyak dokter informasinya tentang shunting. Dari uraian dokter, kita bahwa audit kasus shunting adalah salah satu dari 5 rencana strategi nasional percepatan penurunan shunting. Kita juga lebih mengetahui bahwa penurunan shunting tidak hanya dengan menangani balita yang sedang mengalami shunting, tetapi juga memperhatikan calon pengantin yang berpotensi melahirkan bayi premature, karena calon pengantin yang menderita gizi kurang atau gizi buruk berpotensi besar melahirkan bayi premature dan atau bayi dengan berat badan lahir rendah.

    BalasHapus
  12. Sangat bermanfaat artikelnya dok, izin saya share ke teman-teman komunitas di Makassar yang concern dengan stunting di wilayah Sulsel.

    BalasHapus
  13. Teredukasi sekali saya dengan uraian di srtikel ini banyak hal. Yang harus dibenahi terkait stunting ini

    BalasHapus
  14. Saya ada ponakan jauh yang usia sudah 18 bulan tapi badannya kecil, dok. Ngga diukur sih, tecara kasat mata anaknya emang kecil banget untuk usianya, padahal bukan dari keluarga susah.
    Kira2 apa faktornya ya, Dok?
    Anaknya udah bisa jalan lancar, tapi pertumbuhan badannya lambat banget emang. Kurang lincah dan maunya digendong muluuu.
    Secara nutrisi sepertinya terpenuhi...

    BalasHapus
  15. Setuju sekali, kalau masalah stunting ini memang seluruh lapisan masyarakat harus saling terlibat apalagi saling terkait. Tapi memang, peran utama orang tua sangat penting, nanti insya Allah akan dibantu dengan pihak-pihak terkait.

    BalasHapus
  16. Teman saya tinggal di Jember, anaknya terdiagnosa stunting karena ibunya males untuk memberi makan teratur. Miris ya Dok, saat ini edukasi untuk orang tua juga perlu

    BalasHapus
  17. Ayo satukan tekad eratkan genggaman tangan dan singsingkan lengan baju, sambut Indonesia emas bebas stunting. Meski tidak mudah, mari kita tidak menyerah. Semangat.

    BalasHapus
  18. Pemenuhan kebutuhan nutrisi anak sakit ini yang kerap jadi kendala dok
    Sedih banget ketika anak sakit, mereka gak mau makan
    Mungkin mulutnya pahit dan gak nafsu makan
    Sebagai ortu kita ketakutan, harus ngejar pertumbuhan
    Tapi kok anaknya gak mau makan

    BalasHapus
  19. Kalau kaitannya sama kesejahteraan masyarakat, secara stunting ditentukan juga oleh pemenuhan gizi dan nutrisi anak sejak dalam kandungan, agak susah juga ya. Setiap orang kan pendapatan dan kemampuannya berbeda. Yang penting jadinya pemahaman masyarakat. Sosialisasi harus terus dilakukan khususnya ke masyarakat di bawah langsung. Karena mereka para orang tua atau calon orang tua yang berperan penting dalam pencegahan stunting ini

    BalasHapus
  20. PErlu perhatian khusus kasus stunting ini karena dampaknya saat anak dewasa sangat riskan, sehingga perlu banyak peran dari berbagai pihak

    BalasHapus
  21. Semua berperan, ya pemerintah pusat dan daerah, tenaga medis, keluarga, dan media untuk stunting ini. Karena dengan kolaborasi kita bisa mencegahnya

    BalasHapus
  22. Ilmu seperti ini sangat dibutuhkan oleh para kader kesehatan di desa. Jadi mereka bisa melakukan audit mandiri. Kebetulan anak saya termasuk stunting namun tak terendus karena ke posyandu hanya sampai usia 3 tahun (lunas imunisasi). Salah ibunya sih. Indikasinya karena dengan tinggi standar, bb-nya tidak genap10 kg saat masuk PAUD (3.5 tahun).

    BalasHapus
  23. Ijin bertanya, dok..
    Kalau sudah lebih besar dari 2 SD, pengamatan tumbuh kembangnya sudah bukan di TB dan BB lagi kah?

    Apakah masih mungkin ada di atas 2 SD terkena stunting?

    Pernah mengalami anak GTM sehingga saat posyandu cenderung di bawah garis hijau. Jadi aga was-was yaa, Dok..
    Waktu itu aku booster pakai susu. Sebenernya bolehkah dari sisi kesehatan, dok?

    Haturnuhun atas jawabannya.

    BalasHapus
  24. Meskipun stunting bukan masalah yang mudah diatasi tapi tetep harus diupayakan kedepan berkuramg bahkan hilang.. ga hanya diserhakan ke pemerintah tapi warganya sendiri harus 0jjya kesadaran dan pengetahuan akan gizi

    BalasHapus
  25. Masalah stunting tak hanya menjadi urusan pemerintah tapi juga masyarakat, utamanya para orang tua yg punya balita. Terima kasih atas wawasan yg diulas di artikelnya dok.

    BalasHapus
  26. Kasus stunting ini memang kompleks, ya. Penanganannya tidak sesederhana memberikan perhatian hanya pada anak yang terdeteksi stunting, tetapi juga membutuhkan pendampingan pada pasangan yang berpotensi memiliki anak stunting.

    BalasHapus
  27. Semoga audit nasional mengenai penyebab stunting ini berjalan dengan lancar di seluruh Indonesia, sehingga percepatan penurunan angka stunting bisa terlaksana dengan baik. Dan semoga juga kolaborasi antar berbagai pihak juga dapat berjalan dengan baik. Mari kita bergandengan tangan untuk memberantas stunting ini.

    BalasHapus
  28. sangat manfaat dok, di tempatku lagi digalakkan menyasar kasus stunting lewat posyandu dan pukesmas. dan bener2 di pantau door to door. aku seneng bacanya memnag seserius ini negara mengatasi stunting ya. alhamdulillah

    BalasHapus
  29. Zaman anak saya bayi, di posyandu ada timbang bayi-balita. Lalu di sekolah juga diajarin Empat Sehat Lima Sempurna. Sekarang beda, ada Tumpeng Gizi Seimbang. Informasi ada dimana-mana, tapi stunting masih jadi pe-er bersama. Mungkin harus dilengkapi juga, tips mengolah menu sederhana lezat kaya gizi yah...

    BalasHapus
  30. Stunting masih jadi pekerjaan rumah di Indonesia. Sekarang bukan hanya di pedesaan yg aksesnya susah terkena stunting, di kota besar trrnyata bisa

    BalasHapus
  31. Mencari akar masalahnya, lalu melakukan tindakan untuk mengatasi akar masalah ini yang terpenting untuk mencegah stunting ya Dok, bukan cuma fokus pada anak yang terduga mengalami stunting saja

    BalasHapus

Posting Komentar