blog dokter taura big ad

AUDIT KASUS STUNTING: BUKAN AUDIT BIASA

Beberapa hari terakhir linimasa media sosial kita dipenuhi oleh berita seputar kampanye pemilihan presiden 2024. Salah satu topik yang banyak diangkat sebagai isu nasional adalah program penurunan angka stunting. Beraneka program ditawarkan dalam kampanye itu berkaitan dengan upaya penurunan dan pencegahan stunting. Seberapa pentingkah stunting hingga dijadikan bahan untuk kampanye pilpres?

Ada sebuah pertanyaan menarik sekaligus menggelitik dari seorang ibu, rekan online sesama blogger yang biasa dipanggil Mama Rani. Wanita yang gemar belajar parenting itu  menanyakan tentang urgensi stunting: 

"Dok, stunting kan hanya masalah tinggi badan anak di bawah 5 tahun yang kurang dari standar kan? Kenapa dipersoalkan? Bukannya kalau bapak-ibunya pendek, anaknya juga kemungkinan akan memiliki tinggi badan di bawah rata-rata?"

Dalam ilmu tumbuh kembang anak, yang namanya "pertumbuhan" (kenaikan berat badan, tinggi badan, lingkar kepala bayi dll) di usia < 5 tahun sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi dan seberapa sering si bayi/anak sakit terutama penyakit kronis atau benyakit infeksi akut yang berulang. Sedangkan faktor genetik mulai menunukkan tajinya saat anak beranjak pubertas atau akil balig.

Stunting menunjukkan adanya kekurangan nutrisi dalam jangka panjang. Tidak terpenuhinya nutrisi dalam jangka panjang yang terjadi di usia emas tumbuh kembang (0-5 tahun) akan memberikan dampak buruk pada kualitas seseorang baik berupa menurunnya kemampuan kognitif dll, yang berujung pada rendahnya kualitas SDM di masa yang akan datang.

Stunting: Bukan Sekedar Perawakan Pendek.

Dilansir dari Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting yang dibuat oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, bahwa stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, disebabkan kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat. Stunting menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan kognitif anak. Kurva pertumbuhan yang digunakan untuk diagnosis stunting adalah kurva WHO child growth standard tahun 2006 yang merupakan baku emas pertumbuhan optimal seorang anak.

Sedangkan menurut WHO (2020), STUNTING adalah balita “stunted “(perawakan pendek) dengan panjang atau tinggi badan menurut usia dibawah -2 SD berdasarkan grafik pertumbuhan WHO yang disebabkan oleh Undernutrisi (kekurangan gizi) kronik (jangka lama) atau kekurangan gizi berulang yang disebabkan oleh : kemiskinan, kesehatan dan nutrisi ibu yang buruk , balita yang sering sakit (infeksi kronik atau akut berulang), pemberian ASI/MPASI yang tidak adekuat atau pola asuh dalam pemberian nutrisi yang tidak tepat

Audit Kasus Stunting

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2027 tentang Percepatan Penurunan Stunting, bahwa audit kasus stunting bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus Stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.

Audit kasus stunting adalah satu dari 5 rencana aksi nasional yang termasuk dalam salah satu Strategi Nasional Percepatan Penurunan Shmting. Keempat program lainnya adalah:

  1. Penyediaan data keluarga berisiko Shmting, 
  2. Pendampingan keluarga berisiko Sfimting; 
  3. Pendampingan semua calon pengantin lcalon Pasangan Usia Subur (PUS); 
  4. Surveilans keluarga berisiko Stunting
Audit kasus stunting penting dilakukan untuk menggali kasus-kasus stunting yang sulit untuk diatasi dan mengidentifikasi risiko terjadinya stunting pada kelompok sasaran tertentu.

Audit stunting merupakan upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya, khususnya sebagai penapisan kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui/nifas dan baduta/balita.

Audit Stunting di Kabupaten Lamongan

Menindaklanjuti Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2027 tentang Percepatan Penurunan Stunting ini, maka pemerintah kabupaten Lamongan (dalam hal ini Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana) menyelenggarakan sebuah acara yang bertajuk "Desiminasi Audit Stunting Kabupaten Lamongan tahun 2023"

Audit kasus stunting bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus Stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.

Pada acara yang dibuka oleh Wakil Bupati Lamongan Drs. KH Abdul Rouf, MAg dan dihadiri oleh puluhan camat, kepala desa, kepala puskesmas dan bidan desa itu akan membedah beberapa kasus stunting dan bumil serta calon pengantin yang berisiko melahirkan bayi stunting. 

Pada kesempatan ini saya diundang sebagai salah satu narasumber yang akan mengaudit bayi dan balita stunting. Tentu ini suatu kehormatan bagi saya. Apalagi, dalam acara ini saya bisa menjalin networking dengan para undangan. Walaupun bukan kota besar, namun kota yang terkenal dengan nasi boran ini, terkesan sangat serius dalam mengendalikan angka stunting dan pemda setempat sadar bahwa cegah stunting itu penting.

Pakar pertama yang membedah kasus stunting adalah Esti Wulandari, STP, SGz yang menganilisis 2 kasus calon pengantin yang mengalami KEP (Kurang Energi Protein) yang berisiko tinggi melahirkan bayi stunting. Dari sini lahir rekomendasi pentingnya peningkatan status gizi calon pengantin dengan memberikan nutrisi tinggi kalori dan tinggi protein terutama protein hewani.

Pakar kedua (dr. Rijanto Agoeng Basoeki, SpOG(K), SH, MH, FISQua) membedah 4 kasus bumil yang berisiko melahirkan bayi stunting, masing-masing dengan faktor risiko yang berbeda.

  1. Kasus Ny CIN, 19 tahun, kehamilan 20 minggu dengan faktor risiko: anemia dan disabilitas fisik dimana salah satu kakinya mengalami lumpuh layu akibat polio. Kasus ini sebaiknya dilakukan operasi Caesar saat oersalinan dan berisiko terjadi perdarahan pasca persalinan.
  2. Kasus Ny. FDS, 25 tahun, kehamilan 32 minggu. Kehamilan anakketiga yang baru diketahui positif hamil saat janin berusia 5 bulan karena selama ini menggunakan kontrasepsi suntik. Faktor risiko pada kasus ini adalah anemia dan BB ibu stagnan. KOndisi kehamilan seperti ini berisiko terjadi perdarahan pasca persalinan dan bayi yang dilahirkan berpotensi mengalami asfiksia atau bayi sesak dan tidak langsung menangis.
  3. Kasus Ny. Vit, 17 tahun, dengan suami usia 34 tahun. Pada kasus ini ibu mengalami anemia, Gizi buruk dan mengalami infeksi Hepatitis B aktif,  Kondisi semacam ini jelas akan berisiko melahirkan bayi asfiksia, risiko tertular Hepatitis B dan risiko menjadi stunting.
  4. Kasus Ny RUK, 37 tahun dengan BB 24 kg dan TB 119 cm. Faktor risiko yang ditemukan pada ibu RUK adalah anemia, gizi kurang dan kehamilan yang tidak diinginkan. Kondisi seperti ini berisiko tinggi melahirkan bayi stunting. 

Pakar ketiga membedah 2 kasus balita yang sedang dan sudah mengalami stunting. Dalam kesempatan ini, saya selaku narasumber membahas benarkah 2 kasus yang datanya sudah dikirim panitia beberapa hari sebelumnya, merupakan kasus stunting, dan bagaimana penatalaksanaan kasus stunting agar sesegera mungkin terentas dari predikat stunting.

Kasus Stunting 1

Kasus RAP, anak perempuan, umur 15 bulan dengan berat badan 5,4 kg dan panjang badan 66 cm.

Langkah pertama, kita lakukan plotting tinggi badan per-umur (untuk anak perempuan) sesuai dengan standar antropometri anak. Di Indonesia, standar antropometri yang digunakan adalah yang termaktub dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 tentang standar antropometri anak. Dikatakan anak dalam kondisi "stunted" apabila PB/umur di bawah -2 SD.

Jika panjang badan per umur kurang dari -2 SD, disebut "STUNTED"
Langkah kedua, setelah didapatkan data bahwa panjang badan per umur di bawah -2 SD, selanjutnya mencari "umur berat badan" (weight age-WA) dan "umur tinggi badan" (height age-HA) dan umur kronologis (chronological age - CA). Jika WA < HA  < CA (baca: Jika weight age lebih kecil dari height age, dan height age lebi kecil dari chronological age, maka penderita stunted tersebut dinyatakan "stuting")
Setelah mengetahui bahwa pasien termasuk stunted, selanjutnya mencari weight age
Pada kasus di atas, dapat dilihat di gambar bahwa umur berat badan (weight age) adalah 2,5 bulan. Jadi seorang anak perempuan dengan berat badan 5,4 kg itu selayaknya anak perempuan umur 2,5 bulan.

Langkah ketiga, lakukan plotting pada tabel PB/Umur menggunakan standar antropometri nasional untuk mencari "usia tinggi badan" atau height age.

Setelah mendapatkan data weight age, selanjutnya mencari nilai heigth age
Pada kasus di atas, dapat dilihat di gambar bahwa umur tinggi badan (height age) adalah 6,5 bulan. Jadi seorang anak perempuan dengan tinggit badan 66 cm itu selayaknya anak perempuan umur 6,5 bulan.

Jadi kita sudah mendapatkan data:

  • Weight age 2,5 bulan
  • Height age: 6,5 bulan
  • Chronological age: 15 bulan
Karena "weight age < height age < chronological age", maka dapat disimpulkan bahwa kasus di atas memang benar-benar kasus STUNTING.

Langkah keempat: mencari red flags. 

Sesuai dengan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting, setiap ditemukannya kasus stunting, harus segera dilakukan penelusuran dan eksplorasi faktor-faktor yang mendasari dengan mencari red flags. Jika ditemukan red flags atau penyebab potensial yang mendasari stunting, harus dilakukan penatalaksanaan secara spesifik.

Pada kasus di atas, didapatkan red flags berupa kecurigaan ke arah infeksi spesifik TBC (Tuberculosis) mengingat adanya riwayat kontak TB.

Setiap kasus stunting hendaknya segera dilakukan intervensi sedini mungkin seperti yang direkomendasikan dalam Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting. Pencegahan dan intervensi stunting dapat dilakukan sejak seribu Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Pada kasus di atas, direkomendasikan untuk segera dilakukan test mantaoux untuk mendeteksi adanya infeksi kuman TBC. Jika hasil test positip, maka secepatnya harus diterapi dengan obat anti tuberkulosis selama minimal 6 bulan.

Selain itu, penderita harus segera mendapatkan susu khusus golongan PKMK (Pangan untuk Keperluan Medis Khusus) dengan dosis 5 x 80 ml serta makan makanan tinggi kalori, tinggi protein (hewani) sehari 3 kali.

Kasus Stunting 2

Kasus ADK, anak perempuan, umur 24 bulan, berat badan 5,4 kg danpanjang badan 67,2

Langkah pertama: melakukan plotting tinggi badan per-umur untuk anak perempuan berdasarkan standar antropometri nasional. Didapatkan TB/umur < -3 SD

Langkah kedua: mencari weight age dengan menggunakan standar antropometri nasional. Didapatkan hasil Weight age: 2,5 bulan, sedangkan Chronological age: 24 bulan.

Langkah ketiga: mencari height age dengan menggunakan standar antropometri nasional. Didapatkan hasil Weight age: 6-7 bulan, sedangkan Chronological age: 24 bulan.

Karena "weight age < height age < chronological age", maka dapat disimpulkan bahwa kasus di atas memang benar-benar kasus STUNTING.

Langkah keempat: investigasi red flags. 

Pada kasus di atas, didapatkan red flags berupa bibir sumbing atau Cleft lip palate atau bahasa medisnya: Labio-palatoschizis.

Pada kasus di atas, direkomendasikan untuk segera konsultasi dengan dokter spesilis bedah plastik untuk rencana operasi bibir sumbing, sehingga diharapkan tidak ada lagi kesulitan dalam asupan nutrisi.

Selain itu, penderita harus segera mendapatkan susu khusus golongan PKMK (Pangan untuk Keperluan Medis Khusus) dengan dosis 6 x 75 ml serta makan makanan tinggi kalori, tinggi protein (hewani) sehari 3 kali.

Kesimpulan

  1. STUNTING adalah balita “stunted “(perawakan pendek) dengan panjang atau tinggi badan menurut usia dibawah -2 SD berdasarkan grafik pertumbuhan WHO.
  2. Audit kasus stunting bertujuan untuk mencari penyebab terjadinya kasus Stunting sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa.
  3. Audit stunting merupakan upaya identifikasi risiko dan penyebab risiko pada kelompok sasaran berbasis surveilans rutin atau sumber data lainnya, khususnya sebagai penapisan kasus-kasus yang sulit termasuk mengatasi masalah mendasar pada kelompok sasaran audit berisiko stunting, yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui/nifas dan baduta/balita.
  4. Pada acara Desiminasi Audit Kasus Stunting di Kabupaten Lamongan 2023 dibahas beberapa kasus stunting, calon pengantin dan ibu hamil yang berisiko melahirkan anak stunting.
  5. Ada 3 hal penting yang harus dilakukan pada audit kasus stunting: memastikan bahwa memang benar stunting, mencari faktor rosiko atau red flags dan merekomendasikan penatalaksaan selanjutnya, baik itu terapi nutrisi maupun terapi spesifik terhadap red flags yang ditemukan

Referensi

  1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor Hk.01.07/Menkes/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana Stunting.
  2. Irmawati M. 2023. Gangguan Perkembangan Jangka Panjang pada Anak Stunting: Bagaimana Mencegahnya?. Disampaikan dalam The 3rd Indonesian Update on GROWTH and DEVELOPMENT SOCIAL PEDIATRICS (GaDSOP).
  3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2027 tentang Percepatan Penurunan Stunting
  4. Widjaja NA. 2023. Early Detection and Management of Weight Faltering to Prevent Stunting. Materi workshop dalam Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ke-50.
  5. Materi "Desiminasi Audit Stunting Kabupaten Lamongan tahun 2023"

DokterTaura
I am a pediatrician, writer dan blogger

Related Posts

56 komentar

  1. Memang masalah stunting ini harus mendapat perhatian khusus, karena menyangkut generasi penerus bangsa. Untuk dapat menekan angka kejadian stunting, maka harus dilakukan upaya pencegahan dari awal (mulai saat pasangan sebelum menikah, menikah, dan merencanakan untuk memiliki anak). Karena stunting merupakan masalah yang kompleks, maka harus melibatkan berbagai unsur profesional untuk dapat memberantas kejadian stunting di Indonesia. Terimakasih dokter atas artikel yang sangat bermanfaat ini, dari sini saya mendapat insight baru tentang stunting.

    BalasHapus
  2. Memang benar stunting bukan hanya masalah sementara, bayangkan jika saat ini stunting kemudian saat anak beranjak besar akan menghasilkan generasi yang "kurang potensial" baik dalam cakupan aspek manapun akan mempengaruhi intelektualitas anak. Pentingnya mencegah terjadinya stunting #CegahStuntingItuPenting

    BalasHapus
  3. Stunting merupakan isu kesehatan yang lagi viral akhir akhir ini. Yaa, karena memang masalah ini menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan kognitif anak. Stunting disebabkan kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat. Oleh karena itu pemerintah diharapkan memperhatikan dengan serius masalah ini, salah satunya dengan dilakukannya audit, untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas 💪

    BalasHapus
  4. Wah ternyata stunting ini bukanlah hal yang sederhana mengenai anak dengan perawakan pendek saja ya, ternyata hal tersebut mencerminkan tingkat gizi jangka panjang sikecil, bahkan stunting juga danpak dari kurangnya gizi yang baik dari ibu hamil. Dan juga tatalaksana stunting harus dapat optimal dan harus benar benar dipahamu gunaa meningkatkan kualitas SDM bangsa nantinya

    BalasHapus
  5. Masyaallah terimakasih dokter sudah mengulas tentang stunting ini. Ternyata stunting ini bukanlah hal yang remeh untuk anak ya. Bukan hanya dikatakan “pendek” saja, namun kedepannya akan mempengaruhi pertumbuhan dan gizi si anak. Semoga dengan adanya audit stunting ini, ibu bisa memberikan tatalaksana yang baik pada si kecil jika memang terbukti “stunting” dan semoga ini bukan hanya data namun negara bisa turun tangan langsung untuk menuntaskan masalah stunting ini. Dari segi kecukupan nutrisi hingga faktor penyebab lainnya.

    BalasHapus
  6. Baca pemaparan tentang stunting ini serasa ngeliatin episode-episode di Grey's Anatomy dengan segala macam kasusnya terutama yang berkaitan dengan kehamilan dan anak.

    Kadang kaget juga, di kota besar tapi kasus stunting masih ditemukan (ah apalagi yang di pedalaman sana di mana akses ke makanan begizi bahkan sejak ibu hamil susah/hampir tidak ada).

    Stunting ini ya masalah serius, terkait dengan keberlangsungan generasi selanjutnya soalnya. Semoga pencegaha stunting ini semakin digalakkan dan Indonesia akan menuju bebas stunting nantinya amiiinn.

    BalasHapus
  7. Wah lengkap sekali penjelasannya, Dok. Saya juga sering terpapar materi soal stunting dari salah satu produsen produk susu bayi, lalu beberapa bulan lalu juga meliput program edukasi bidan di Bandung Raya. Puji Tuhan kedua anak kembar saya sehat dan tumbuh baik, malah bisa dibilang bongsor.

    Semoga stunting teratasi di Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas 2045.

    BalasHapus
  8. Awalnya aku pun berpikiran hal yang sama soal Stunting. Padahal itu kan perkara tinggi badan bocah. Lha kalau orang tuanya memang nggak tinggi, apa mau dikata sama bocahnya.

    Tapi, ternyata lebih kompleks lagi ya. Soal nutrisi.

    BalasHapus
  9. Betul sih,
    berdasarkan pengalaman, tumbuh kembang anak dipengaruhi banget sama nutrisi dan asupan.
    Banyak kok bapak ibunya pendek, anaknya tumbuh tinggi dan sehat dan sebaliknya.
    Ya, meski faktor keturunan juga berpengaruh yaa

    Ada juga yang sebab msa bayi-nya pernah jatuh trus katanya mempengaruhi tinggi badan...

    BalasHapus
  10. sedih banget sih kalo kasus stunting tuh masih ada di pelosok Indonesia, artinya memang akses terhadap nutrisi dan ketimpangan ekonomi antar daerah tuh memang gak menjadi privilege semua warga di negeri ini

    BalasHapus
  11. Stunting ini masih jadi PR besar bagi kita semua, tidak hanya pemerintah tapi kitapun harus bisa mengedukasi sekitar tentang pentingnya asupan gizi sejak 1000 hari pertama kehidupan agar generasi yang dihasilkan juga bisa menjadi generasi yang cerdas. Terima kasih untuk ulasan yang begitu mengena terkait stunting ini

    BalasHapus
  12. Meskipun belum menjadi Ibu saya banyak terbantu dengan pembahasan stunting ini. Ternyata masalah ini sangat penting ya dok untuk ditangani apalagi berkaitan dengan asupan gizi dan pertumbuhan anak. Saya juga berharap kedepannya edukasi mengenai stunting ini bisa terus dikerahkan agar pemerataan gizi di seluruh pelosok Indonesia bisa maksimal.

    BalasHapus
  13. Stunting kayaknya menjadi masalah nasional yang harus segera ditangani. Sepakat kalau kita harus melakukan audit yang tepat terhadap stunting. Mari berjuang agar peserta didik dan keluarga Indonesia bisa bebas stunting secepatnya.

    BalasHapus
  14. Sempat mengikuti juga kalau kasus stunting ini menjadi salah satu bahan kampanye capres. Dan mungkin kebanyakan masyarakat awam tuh tahunya stunting itu ya cuma perawakan kecil (pendek dan kurus), tapi ternyata nggak cuma itu saja ya.

    BalasHapus
  15. Baca penjelasan dokter Taura tentang rumitnya audit kasus stunting (duh ada ibu perempuan yang BB nya cuma 24 kg! lha itu mah BB anak saya sewaktu SD, eh jangan-jangan TK ya? Karena umur setahun aja anak saya 10 kg-an)
    Jadi jomplang banget dengan solusi salah satu paslon yang mau bagi-bagi susu dan makan siang gratis untuk cegah stunting
    Duh sedih banget!
    Anehnya elektabilitas paslon ini kok tinggi ya?
    Ups boleh ngomongin politik gak dok di sini?
    Hehehe ...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kesimpulannya apa, Ambu? JAngan pilih paslon yang hanya jualan makan siang gratis, hehehe.... Aminin saja

      Hapus
  16. Saya sempat nonton diskusi terbuka salah seorang paslon (baca: capres) yang ditanya soal isu stunting. Setelah membaca tulisan ini saya semakin yakin bahwa kasus stunting tidak bisa dan tidak boleh dianggap remeh. Efeknya jangka panjang dan melibatkan sekian banyak stakeholders yang harus benar-benar peduli akan hal ini. Mulai dari diri sendiri, keluarga, lingkungan, tenaga medis, dan masih banyak lagi. Melakukan audit adalah salah satu tindakan preventif dan aktif agar stunting bisa dibasmi. Atau paling tidak dikurangi dan ditekan sebisa mungkin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul, Mbak Annie... Semua demi kualitas hidup anak bangsa yang lebih baik. BTW, stunting tidak bisa diatasi hanya dengan pemberian makan siang gratis ya...

      Hapus
  17. stunting masih jadi PR ya
    semoga lekas ada perubahan, pemerataan dalam edukasi dan sosialisasi terkait gizi ke seluruh titik di Indonesia

    BalasHapus
  18. Ya ampun dok, ngilu sekali melihat kasus anak-anak stunting. BB anak usia 2 tahun tapi...tapi..ah. Betapa besar sekali PR pemerintah untuk menyelesaikan stunting

    BalasHapus
  19. Di tempat saya memang masih banyak anggapan tentang kasus stunting seperti di atas, Dok. Hanya karena pendek doang, genetik dari orangtuanya juga pendek ini.
    Ternyata Tinggi Badan dana Berat badan balita sangat erat kaitannya dengan gizi. Makasih ilmu tentang cara audit kasus stunting, Dok.

    BalasHapus
  20. Anak anak Indonesia kecil-kecil awalnya saya kira emang ras Indonesia kan tak setinggi orang barat. Eh ternyata hal itu adalah kasus stunting yang justru sangat tinggi di negara kita.

    Sedihnya itu gak hanya di wilayah pedesaan yang identik dengan kemiskinan, ternyata di perkotaan juga angka stunting ini cukup tinggi juga ya...

    Gak heran sampai wakil presiden saja sangat menyoroti kasus stunting ini. Negara emang gak bisa lepas tangan

    BalasHapus
  21. Audit stunting jadi hal penting yang harus dilakukan memang ya, Dok untuk mencegah resiko stunting yang lebih banyak jumlahnya.

    Pengukuran-pengukuran di atas sepertinya harus menjadi bahan penguatan bagi bidan desa atau kaser posyandu sehingga bisa lebih memahami lagi perihak stunting secara lebih mendalam

    BalasHapus
  22. Masalah stunting bukan hanya dipikul oleh pemerintah saja, akan tetapi juga semua pihak terkait termasuk swasta dan masyarakat harus turut andil untuk meminimalisir tingkat stunting

    BalasHapus
  23. Ternyata perjalanan pannjang untuk mendapatkan data keluarga plus penanganan kasus stunting di setiap daerah ini membutuhkan proses yang panjang ya, Dok.
    Jadi, semisal ada data di sebuah daerah dengan angka stunting yang rendah, bukan berarti itu beneran rendah. Ada kemungkinan galat dari data tersebut.
    Begitukah, Dok?

    Karena kalau dari statistika, Badan Audit Kasus Stunting ini mungkin tidak menjangkau luasan wilayah tertentu.

    Jadi penasaran bagaimana teknis pembagian susu gratis dari program salah satu capres untuk menghindari stunting. Semoga bagaimanapun caranya, pemerataan untuk memberantas kasus stunting di Indonesia ini bisa menyeluruh.

    Ya dengan edukasi, ya dengan bantuan langsung yang bermanfaat untuk keluarga yang memiliki balita secara langsung.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Masalahnya STUNTING itu masalah kompleks, tidak akan bisa teratasi hanya dengan pembagian makanan dan susu gratis. Masih banyak masalah lingkungan dan PHBS yang harus dijalankan secara masif dan menyeluruh...

      Hapus
  24. Memprihatinkan sekali kasus stunting ini. Aku beberapa kali baca di media, tentang keluarga yang dapat bantuan uang tunai buat membeli makanan bergizi untuk bayi dan balita, tapi sama si ayah malah dipakai buat beli rokok.

    Mungkin itu juga salah satu pertimbangan paslon 2 untuk langsung kasih makan siang dan susu gratis ya. Ah, entahlah. Meski mereka bukan pilihanku, tapi aku sangat berharap masalah stunting ini bisa selesai tuntas.

    BalasHapus
  25. Membaca tulisan dokter saya jadi ingat waktu PKL di salah satu desa Cianjur, setelah menjalani survey ditemukan angka kasus malnutrisi masih tinggi akibat mereka lebih mementingkan punya harta benda daripada makan "enak" gitu dok, misalkan mereka budidaya ikan koi dibanding ikan lele yang bisa dikonsumsi harian, lebih baik jual telur daripada buat makan sendiri, bahkan berladang sayur tapi cucunya dikasihnya mie kuah tapi bilangnya itu makan sayur, yang kuah-kuah artinya sayur. Bahkan waktu dikasih susu buat pasien malnutrisi, malah dipake buat sekeluarga, yaah gimana ya, pencapaian supaya kekejar BBnya jadi terhambat. Dan mirisnya pola begini masih banyak di masyarakat, jadi kasus stunting susah ditekan, apalagi ditambah harga bahan makanan pada naik, banyak yang makan seadanya gak kepikiran protein tinggi atau apalah. Eh maaf jadi panjang hehe

    BalasHapus
  26. Mengatasi masalah stunting ini butuh kerja sama semua pihak, Dan upaya pencegahan memang harus di gerakkan secara masiv apalagi di wilayah pedesaan,, karena tidak banyak yang memahami peroalan stunting ini..

    BalasHapus
  27. Semoga masalah kasus stunting ini segera selesai dan bisai diatasi dengan baik yah, pemenuhan nutrisi dan gizi anak semoga bisa terpenuhi dengan baik

    BalasHapus
  28. Kasus stunting memang bukan sekedar anak pendek. Namun kondisi anak yang kekurangan gizi banyak diabaikan para ibu. Atau memang tidak dapat ilmu yang memadai. Posyandu yang sudah ada dekat dengan warga pun masih dirasa kurang dalam mengurangi kejadian stunting. Tidak hanya di pedesaan, kondisi di perkotaan beberapa daerah juga masih ada yg mengalami stunting

    BalasHapus
  29. Dulu pernah hadir seminar tentang stunting pada anak. Banyak ibu-ibu di desa yang masih kasih anaknya susu kental manis, padahal tinggi gula. Jadi SKM salah satu penyebab stunting karena kurangnya edukasi. Mereka pikir SKM dengan susu formula itu sama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya betul. BAnyak yang kemakan iklan di medsos ataupun televisi... Apalagi kalau bintang iklannya para artis sinetron favorit emak-emak...

      Hapus
  30. Ternyata kondisi stunting atau stunted itu tidak bisa langsung dilihat langsung ya, Dok. Ada tata laksana dan kriteria terukur untuk menentukan apakah anak stunting atau tidak. Jika anak sudah terlanjur stunting atau stunted dan sudah berusia lebih dari 5 tahun, apakah bisa dikembalikan kembali ke keadaan normal, Dok?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Definisi stunting itu terkait BALITA. Penambahan tinggi badan anak biasanya berlangsung cepat pada periode remaja (pubertas), dimana faktor yang sangat berpengaryh adalah faktor genetik

      Hapus
  31. Kasus stunting ini menjadi perhatian nasional ya, meskipun saya tidak punya anak kecil tapi saya sering juga mengikuti informasi mengenai stunting

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget, karena tingginya angka stunting di suatu negara mencerminkan rendahnya tingkat kesejahteraan di negara itu

      Hapus
  32. Kata Bu dokter Tan Shot Yen memang edukasi terkait nutrisi ini di negara kita masih sangat minim ya Dok. Saya juga ngrasa gitu sih, sebagai orang tua segala info soal tumbuh kembang anak ya nyari-nyari sendiri. Saaya juga ngrasain terkadang susah kasih makan anak, telaten dan mengenali kebiasaan makan anak itu butuh kesabaran kan. Stunting bukan saja di kalangan yang ekonomi lemah, keluarga dengan makanan berlimpah juga ada yang anaknya stunting karena faktor anak GTM dan serba-serbinya

    BalasHapus
  33. Aku jadi tahu, kalau stunting itu bisa diawali dari kondisi ibunya. Kalau begini, emang tindakannya seharusnya tidak hanya penanganan tapi juga mencegahan. Mungkin bisa di gencarkan edukasi kepada kaum muda atau bisa ajuga tu dimasukkan dalam kelas capin di KUA

    BalasHapus
  34. Ternyata solusi untuk stunting itu tidak sesederhana memperbaiki nutrisi saja, ya. Harus terus digencarkan edukasi bagi para calon pengantin agar lebih aware dengan segala gejala yang mengarah pada stunting.

    BalasHapus
  35. Semua orang harus teredukasi dengan baik agar bisa menjalani semuanya dengan terarah dan kasus stunting berkurang

    BalasHapus
  36. Penanganan masalah stunting ternyata lumayan panjang dan complicated juga ya. Bahkan auditnya bisa dimulai dari calon pengantin juga ternyata. tapi demi generasi kita yang lebih baik dan lebih sehat, segala ikhtiar maksimal harus bisa dilaksanakan, ya, dok

    BalasHapus
  37. Cukup rumit juga ya prosesnya, tapi kalau ga seperti itu khawatir salah menyimpulkan permasalahan dan menemukan akar permasalahannya.
    Demi generasi mendatang yang sehat ya Dok

    BalasHapus
  38. Stunting ini yang paling ditakutkan para Ibu. Pasalnya stunting ini kompleks banget ya, Dok. Banyak bgt lagi ya kasusnya ya ampun. Keren Dok jadi narasumber juga, semoga angka stunting di Indonesia semakin berkurang. Nggak tega kalau udah liat ada anak yg stunting 🥺

    BalasHapus
  39. Wah lengkap sekali informasinya dok. Stunting ini yang saya takutkan untuk anak pertama saya. Saya suka bingung dan takut dok dengan perkembangan BB dan TB anak pertama saya. Dari dulu selalu kurang, padahal makannya banyak dengan nutrisi yang lengkap. Tapi anaknya aktif dan perkembangan berfikir Nya juga sangat baik. Apa ada kemungkinan ada kasus daya serap nutrisi oleh badan yg kurang ya dok?

    BalasHapus
  40. MasyaAllah informasi yang sangat penting dan bermanfaat. Stunting bukan persoalan sepele memang. Tapi masih banyak masyarakat yang belum tau. Seperti yg dipaparkan dokter kebanyakan pahamnya stunting ya dari TB. Padahal berdampak juga pada kecerdasan. Ini memang salah satu tantangan di negeri ini. Dibanding negara se-ASEAN angka stunting di Indonesia cukup tinggi juga.

    BalasHapus
  41. Selama aku di Indonesia belum ada audit stunning di daerahku, tapi ada klo penyuluhan gizi buruk, mungkin klo disetiap daerah sudah ada kaya penyuluhan tentang stunning masyarakat jadi lebih paham dan mengurangi stunning di Indonesia

    BalasHapus
  42. Oh iya Dok, aku sering dengar pernyataan bahwa anak pendek juga karena faktor genetik. Jadi nggak masalah, jangan disangkutpautkan dengan stunting. Baru sadar kalau genetik itu baru berpengaruh di masa puber ya. Begitu ya Dok?

    BalasHapus
  43. terimakasih pak dokter sharing ny, bnyak wawasan yg diperoleh hehehehe, dr definisi stunting, dan ilmu tntg tumbuh kembang anak yg mna bukn hny perawakn yg pendek tp jg tntg kebutuhn gizi yg hrsny dpenuhi...

    BalasHapus
  44. Masalah stunting tuh emang selalu bikin was-was ibu apalagi kalau udah mau deket jadwal posyandu 🤣. Mungkin cara komunikasi kader yang kadang bikin ibu tertekan, beda halnya dengan nakes yang memang mempelajari bagaimana komunikasi dengan pasien

    BalasHapus
  45. Mudah- mudahan permasalahan permasalahan stunting ini lekas berakhir serta bisai diatasi dengan baik yah, pemenuhan nutrisi serta gizi anak mudah- mudahan dapat terpenuhi dengan baik

    Wahh nyatanya terdapat banyak pula yang terkategori anak ABK, pengetahuan aku tentang perihal ini memanglah awam banget. Salut sama ortu yang dapat kokoh membesarkan kanak- kanak luar biasa semacam mereka

    BalasHapus
  46. Mudah- mudahan permasalahan permasalahan stunting ini lekas berakhir serta bisai diatasi dengan baik yah, pemenuhan nutrisi serta gizi anak mudah- mudahan dapat terpenuhi dengan baik

    BalasHapus
  47. Dinda Alifia Darmajik31 Januari 2024 pukul 11.05

    Stunting memang bukanlah masalah yang sepele, perlu dilakukan kerjasama lintas sektor agar mendapatkan hasil yang maksimal, semoga kasus stunting di indonesia tidak terus bertambah dan dapat segera teratasi ya dok

    BalasHapus
  48. Wah pravelensi stunting di Indonesia masih sangat tinggi. Dan ini bukan masalah yang mudah jika hanya diatasi oleh satu pihak. Dibutuhkan kerjasama yang baik dari berbagai pihak agar program penanganan stunting di Indonesia bisa berjalan dengan lancar

    BalasHapus
  49. MasyaAllah informasi yang sangat penting dan bermanfaat. Stunting bukan persoalan remeh. perlunya elemen maysarakat hingga pemerintah untuk menggalakan edukasi, preventifif dan medikas. stunting sangat berdampak juga pada kecerdasan. yah masih banya PR bangsa ini bismillah untuk indonesia 2025 makin josssss

    BalasHapus
  50. Audit seperti ini memang penting untuk mencari tahu faktor apa saja yang membuat kejadian stunting masih kerap ditemukan. Setiap daerah pasti berbeda beda karena stunting ini berasal dari banyak faktor. Oleh karena itu, dengan adanya audit ini semoga program untuk cegah stunting menjadi lebih tepat sasaran

    BalasHapus

Posting Komentar