blog dokter taura big ad

ANAK ANDA STUNTING? INILAH PANDUAN TERLENGKAP SEPUTAR STUNTING

Belakangan ini kita sering mendengar kata "stunting". Di laman media sosial juga sering berseliweran, mulai dari seminar online hingga poster edukasi. Tak hanya di ranah kesehatan anak khusunya tumbuh kembang anak, stunting pun merambah ke ranah politik.

Di dunia per-you tube-an, sudah banyak film Indonesia yang khusus dibuat untuk edukasi pentingnya pencegahan stunting. Pun demikian di dunia blogging. Beberapa bloger makanan berusaha menyajikan resep MPASI sehat demi untuk mencegah dan mengurangi prevalensi stunting.

Prevalensi stunting di Indonesia berdasarkan WHO masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yaitu diatas 20%. Penyebab stunting multifaktorial dan berkaitan dengan asupan gizi yang kurang atau kebutuhan gizi yang meningkat. Stunting memiliki dampak jangka pendek dan jangka panjang yang irreversible.

Dalam artikel ini, saya akan membahas apa itu stunting, dampak dan cara pencegahannya.

Orang tua wajib paham tentang stunting pada anak.

Pengertian Stunting

Pengertian stunting menurut WHO mengalamai pergeseran. Hal ini bisa kita lihat dari definisi Stunting menurut WHO tahun 2015, yaitu:

Stunting adalah gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, yang ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar.

Sedangkan pada tahun 2020, WHO melansir definisi Stunting sebagai berikut:

Stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/ tinggi badan menurut usia, yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/ kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/1928/2022, menyatakan bahwa Stunting merupakan perawakan pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/tinggi badan menurut usia yang kurang dari -2 Standar Deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO, disebabkan kekurangan gizi kronik yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah, asupan nutrisi dan kesehatan ibu yang buruk, riwayat sakit berulang dan praktik pemberian makan pada bayi dan anak yang tidak tepat. Stunting menyebabkan hambatan dalam mencapai potensi fisik dan kognitif anak. Kurva pertumbuhan yang digunakan untuk diagnosis stunting adalah kurva WHO child growth standard tahun 2006 yang merupakan baku emas pertumbuhan optimal seorang anak.

Jadi, definisi stunting itu menyakut panjang badan atau tinggi badan, dan tidak terkait dengan berat badan.

Panjang, Tinggi dan Berat Badan

Tinggi badan adalah jarak dari ujung kaki hingga ujung kepala manusia saat berdiri tegak.
Panjang badan adalah jarak dari ujung kaki hingga ujung kepala manusia pada posisi berbaring.
Baik tinggi maupun panjang badan mencerminkan status gizi jangka panjang. Ini yang membedakan dengan indikator pertumbuhan "berat badan" yang lebih menggambarkan status gizi jangka pendek.

Nilai "berat badan" sangat dinamis tergantung asupan nutrisi jangka pendek dan tergantung juga kondisi kesehatan anak saat ditimbang berat badannya. Jika anak sedang sakit, kebanyakan berat badannya turun ataupun tidak naik.

Selain itu nilai "berat badan" sering naik-turun, sedangkan nilai "tinggi dan panjang badan" tidak mungkin turun atau tidak mungkin menyusut.

Cara Mengukur Berat, Tinggi dan Panjang Badan

Pengukuran berat, tinggi atau panjang badan anak sangatlah penting untuk menilai tumbuh kembang anak.

Berikut adalah cara menimbang berat badan anak yang benar:

  1. Timbangan bayi digunakan untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun atau selama anak masih bisa berbaring/duduktenang.
  2. Jenis timbangan bayi yang direkomendasikan olah IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) adalah timbangan bayi digital atau timbangan dacin.
  3. Letakkan timbangan pada meja yang datar dan tidak mudah bergoyang.
  4. Lihat angka yang tertera pada layar display, harus menunjukan angka 0.
  5. Bayi sebaiknya telanjang, tanpa topi, kaus kaki, sarung tangan.
  6. Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.
  7. Lihat angka yang tertera pada monitor display
Pengukuran "Panjang Badan" dilakukan khusus pada bayi di bawah umur 24 bulan dan atau jika panjang/tinggi badannya lebih dari 80 cm.

Cara Mengukur Panjang badan yang benar adalah sebagai berikut:

  1. Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.
  2. Bayi dibaringkan telentang pada alas yang datar.
  3. Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0.
  4. Petugas 1: kedua tangan memegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka (pembatas kepala).
  5. Petugas 2: tangan kiri menekan lutut bayi agar lurus, tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki dan membaca angkadi tepi di luar pengukur.Panjang badan digunakan untuk anak di bawah 2 tahun atau panjang badan di bawah 80 cm.
Cara mengukur tinggi badan anak yang benar adalah sebagai berikut:
  1. Lakukan di permukaan lantai dan tembok yang rata
  2. Alas kaki harus dilepas, demikian juga dengan topi dan asesoris rambut lainnya.
  3. Pastikan kepala, bahu, bokong, betis, dan tumit menyentuh permukaan dinding
  4. Pastikan sendi lutut dalam kondisi ekstensi (lurus) dan sendi kaki dalam kondisi menekuk 90 derajat
  5. Jika melakukan pengukuran tinggi badan di rumah, gunakan alat bantu pipih, tempelkan pada bagian atas kepala, lalu buat tanda pada dinding dan munakan meteran untuk mengukur tinggi penanda dengan lantai rumah
  6. Jika mengukur tinggi badan menggunakan alat wall stadiometer seperti pada gambar di bawah, maka pandangan mata pemeriksa harus sejajar dengan skala centimeter yang tertera pada alat.
Mengukur tinggi badan anak harus rutin dilakukan untuk memantau tumbuh kembang anak.

Anakku Stunting?

Sebelum menentukan apakah seorang anak stunting, siapkan data-data penting berikut ini:
  1. Usia (dalam bulan)
  2. Jenis kelamin
  3. Tinggi badan dalam centimeter
Masukkan (plotting) umur dalam bulan dan tinggi badan ke dalam grafik tinggi badan per umur dari WHO (height/lenght-for-age) sesuai jenis kelamin (perhatikan gambar di bawah ini)
Grafik tinggi/panjang badan terhadap umur untuk anak laki-laki
Grafik tinggi/panjang badan terhadap umur untuk anak perempuan
Seorang anak masuk kategori stunting jika grafik tinggi/panjang badan terhadap umur ada dibawah grafik -2 SD.

Skrining Tuberculosis (TBC) harus dilakukan pada semua anak stunting, dan pemeriksaan penunjang untuk menentukan ada tidaknya TBC pada anak stunting dilakukan pada yang terindikasi. 

Dampak Stunting

Walaupun terlihat sederhana, hanya butuh 3 data penting (termasuk tinggi badan anak) untuk menentukan stunting atau bukan, namun jika dikaji lebih dalam, ternyata Stunting tidak sesederhana itu!

Dampak stunting bukan hanya pada pertumbuhan tinggi badan yang kurang optimal akibat tidak terpenuhinya kebutuhan akan nutrisi, namun stunting berdampak pada hal yang lebih besar dan mendasar.

Perbedaan antara balita normal dan stunting terlihat dari sisi tinggi badan. Balita stunting terlihat lebih pendek dari balita seusianya. Namun, perbedaan yang tidak terlihat antara keduanya adalah otak anak stunting tidak terbentuk dengan baik dan dapat berdampak panjang.

Kekurangan atau kelebihan zat gizi pada periode usia 0-2 tahun bersifat irreversibel sehingga berdampak pada kualitas hidup jangka pendek dan jangka panjang seorang anak.

Stunting akan mempengaruhi perkembangan otak jangka panjang yang selanjutnya berdampak pada kemampuan kognitif dan prestasi sekolah. Selain itu, gangguan pertumbuhan linear akan memengaruhi daya tahan tubuh dan kapasitas kerja. Efek jangka panjang juga berhubungan dengan penurunan kemampuan oksidasi lemak sehingga menyebabkan risiko mengalami obesitas dan penyakit-penyakit degeneratif antara lain hipertensi, diabetes mellitus tipe 2, dan penyakit-penyakit kardiovaskular.

Dampak Jangka Pendek

Stunting dapat menyebabkan terhambatnya tumbuh kembang anak, pertumbuhan otak terganggu, timbul gangguan kognitif dan motorik anak, gangguan metabolisme, serta ukuran fisik tubuh anak tidak berkembang secara optimal sesuai dengan umurnya.

Berdasarkan studi UNICEF Indonesia tahun 2012, anak yang stunting cenderung memiliki prestasi Pendidikan yang buruk dibandingkan anak yang tidak stunting.

Dampak Jangka Panjang

Stunting dapat menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual anak yang berdampak pada menurunnya konsentrasi belajar dan kesulitan memahami materi yang disampaikan di sekolah, sehingga dapat berpengaruh pada prestasi belajar dan produktivitasnya ketika dewasa, menurunnya imunitas/kekebalan tubuh, serta munculnya risiko mengalami penyakit degeneratif ketika dewasa

Dampak stunting dapat berlanjut hingga masa dewasa dan berpengaruh pada produktivitas di kemudian hari.

Anak stunting cenderung menghadapi kesulitan dalam mencapai potensi mereka, sehingga stunting dapat menciptakan siklus kemiskinan yang sulit dipecahkan.

Pencegahan Stunting

Pemerintah, dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah berusaha melakukan pencegahan stunting melalui Gerakan Cegah Stunting dengan 5 kegiatan (Sumber: Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat):
  1. Gerakan #AksiBergizi : Membentuk kebiasaan olahraga, sarapan dan konsumsi tablet tambah darah untuk menurunkan anemia pada remaja di sekolah.
  2. Gerakan #BumilSehat : Meningkatkan pemeriksaan dan pengetahuan Bumil untuk meningkatkan kesehatan bumil.
  3. Gerakan #PosyanduAktif : Meningkatkan cakupan tumbuh kembang balita di Posyandu untuk deteksi dini dalam mencegah balita gizi kurang dan stunting.
  4. Gerakan #JamboreKader : Meningkatkan kapabilitas kader dalam memberikan pelayanan.
  5. Gerakan #CegahStuntingituPenting : Mengedukasi masyarakat tentang stunting dan pencegahannya melalui pesan ABCDE

Pencegahan Primer

Pencegahan primer dilakukan mulai dari tingkat kader di posyandu. Kader melakukan pemantauan pertumbuhan, pengukuran Panjang Badan atau Tinggi Badan (PB atau TB) dan Berat Badan (BB) menggunakan alat dan metode pengukuran standar, serta memberikan edukasi kepada orang tua/pengasuh mengenai pemberian ASI eksklusif dan MPASI dengan kandungan gizi lengkap terutama protein hewani. 

Saat pelaksanaan posyandu, diusahakan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) yang mengandung protein hewani seperti telur, ayam, ikan, daging, susu dan produk olahan susu. 

Jika didapatkan anak dengan PB atau TB berdasarkan usia dan jenis kelamin <-2 SD, BB/U <- 2 SD, atau weight faltering (kenaikan berat tidak memadai) dan growth deceleration (perlambatan pertumbuhan linier), maka anak tersebut harus dirujuk ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) atau puskesmas. Penimbangan berat badan, dan pengukuran panjang badan di posyandu harus dilakukan setiap bulan untuk deteksi dini weight faltering.

Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dilakukan oleh dokter di fasilitas kesehatan tingkat pertama. Dokter melakukan konfirmasi pengukuran antropometrik sebelumnya dan penelusuran penyebab potensial stunting. 

Anak dengan berat badan rendah, weight faltering atau gizi kurang namun tidak berperawakan pendek (PB/U atau TB/U ≥-2 SD) dapat diberikan Pangan untuk Keperluan Diet Khusus (PDK) sesuai indikasi dan/atau pangan padat energi yang mempunyai komposisi gizi yang memenuhi persyaratan PDK serta terbukti secara ilmiah mengatasi gizi kurang secara efektif. 

Tindakan ini juga bertujuan untuk mencegah agar anak-anak dengan gangguan gizi tersebut tidak berlanjut menjadi stunting. Pangan olahan yang termasuk dalam PKGK (Pangan Olahan untuk Keperluan Gizi Khusus) adalah susu formula standar untuk usia 0-12 bulan dan susu pertumbuhan untuk usia 1-3 tahun. Pemberian PDK diresepkan dan dipantau penggunaannya oleh dokter di FKTP.

Pencegahan Tersier (Tata Laksana Stunting dan Risiko Stunting)

Pencegahan tersier dilakukan oleh dokter spesialis anak di FKRTL. Dokter spesialis anak melakukan konfirmasi diagnosis stunting.

Dilakukan penelusuran perawakan pendek pada anak yang dibagi menjadi variasi normal atau patologis. Pada anak usia < 2 tahun nilai pertambahan panjang badan (length increment), sedangkan pada anak usia 2 tahun atau lebih dilakukan pemeriksaan usia tulang. Jika didapatkan kondisi patologis, bedakan antara proporsional akibat faktor pranatal atau pascanatal, dan disproporsional pada displasia tulang dan kelainan genetik lain.

Konseling diberikan untuk menyampaikan informasi kepada orang tua/pengasuh tentang pemeriksaan, diagnosis penyerta dan penyebab stunting pada anak. Edukasi juga dilakukan kepada orang tua/pengasuh dengan memberi anjuran cara pemberian makan sesuai usia dan kondisi anak dan penerapan aturan makan (feeding rules). Selain itu perlu diedukasi mengenai jenis terapi nutrisi yang diberikan dan mengajarkan cara pembuatannya menurut kaidah keamanan pangan.

ABCDE cegah Stunting

Untuk memudahkan dan menyederhanakan upaya pencegahan stunting, guna meningkatkan partisipasi aktif dari masyarakat Indonesia, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia membuat istilah: ABCDE Bebas Stunting:

Program ABCDE cegah stunting Indonesia adalah program andalan dari Kemenkes

1. (A) Aktif minum Tablet Tambah Darah 

  • Konsumsi TTD bagi remaja putri 1 tablet seminggu sekali.
  • Konsumsi TTD bagi Ibu hamil 1 tablet setiap hari (minimal 90 tablet selama kehamilan)
2. (B) Bumil teratur periksa kehamilan minimal 6 kali
  • Periksa kehamilan minimal 6 (enam) kali, 2 (dua) kali oleh dokter menggunakan USG. Hal ini terutama untuk deteksi kehamilan risiko tinggi.
3. (C) Cukupi konsumsi protein hewani
  • Konsumsi protein hewani setiap hari bagi bayi usia di atas 6 bulan
4. (D) Datang ke Posyandu setiap bulan
  • Datang dan lakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita ke posyandu setiap bulan
5. (E) Eksklusif ASI 6 bulan

    • ASI ekslusif  (hanya diberikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain) selama 6 bulan dilanjutkan hingga usia 2 tahun.
    Dalam leaflet resminya, Direktorat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan 10 butir upaya pencegahan stunting yang harus dilakukan oleh semua masyarakat, yaitu:
    1. Ibu hamil makan lebih banyak dari biasanya, terutama buah, sayur dan lauk pauk
    2. Mengonsumsi tablet tambah darah selama kehamilan dan dilanjutkan sampai dengan masa nifas untuk mencegah anemia dan menjaga sistem ketahanan tubuh
    3. Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini) agar bayi mendapatkan ASI yang kaya akan kolostrum yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh dan mencegah infeksi.
    4. Atasi kekurangan yudium dengan menggunakan garam beryodium agar membantu pertumbuhan dan perkembangan janin dan mencegah bayi lahir cacat.
    5. ASI eksklusif 0-6 bulan
    6. Pemberian ASI hingga 23 bulan didampingi MPASI.
    7. Menanggulangi kecacingan dengan menjaga kebersihan lingkungan, cuci tangan menggunakan sabun dan menggunakan alas kaki ketika berada di luar rumah.
    8. Memberikan imunisasi dasar lengkap.
    9. Akses terhadap air bersih: Sumur gali, sumur pompa, kran umum dan mata air harus dijaga bangunannya agar tidak rusak. Lantai sumur sebaiknya kedap air (diplester) dan tidak retak, Bibir sumur dan dinding sumur harus diplester dan sumur harus tertutup. Jarak antara sumber air dan jamban atau tempat pembuangan sampah minimal 10 meter.
    10. Gunakan selalu jamban sehat: tidak mencemari sumber air dan tanah. Lingkungan bersih, sehat dan tidak berbau. Tidak mengundang datangnya lalat/kecoa/serangga yang dapat menularkan penyakit.

    KESIMPULAN

    Stunting adalah pendek atau sangat pendek berdasarkan panjang/ tinggi badan menurut usia, yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) pada kurva pertumbuhan WHO yang terjadi dikarenakan kondisi irreversibel akibat asupan nutrisi yang tidak adekuat dan/atau infeksi berulang/ kronis yang terjadi dalam 1000 HPK.

    Pengukuran tinggi badan, panjang badan dan berat badan harus dilakukan dengan cara yang benar sebagai salah satu upaya pemantauan tumbuh kembang anak.

    Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang memadai.

    Pencegahan stunting dimulai sejak dini, yaitu sejak memasuki usia subur (remaja puteri), saat masa kehamilan, saat balita serta meningkatkan gaya hidup bersih dan sehat.

    Pencegahan stunting dilakukan mulai dari pencegahan primer di tingkat posyandu, pencegahan sekunder di FKTP oleh dokter, dan pencegahan tersier oleh dokter spesialis anak di FKRTL.

    REFERENSI

    1. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Kurva Pertumbuhan WHO. Bisa diakses di https://www.idai.or.id/professional-resources/kurva-pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who
    2. PERMENKES RI Nomr 2 tahun 2020. Standar Antrometri Anak. Bisa diakses di: http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__2_Th_2020_ttg_Standar_Antropometri_Anak.pdf
    3. Keputusan Memteri Kesehatan Republik Indonesia  Nomor HK.01.07/MENKES/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tata Laksana STUNTING diakses di: https://yankes.kemkes.go.id/unduhan/fileunduhan_1673400525_335399.pdf
    4. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Pencegahan Stunting pada Anak. 2019. Bisa diakses di: https://promkes.kemkes.go.id/pencegahan-stunting
    5. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Mengenal Stunting dan Gizi Buruk. Penyebab, Gejala, Dan Mencegah. 2018. Bisa diakses di: https://promkes.kemkes.go.id/?p=8486
    6. Kementerian Kesehatan Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. Cegah Stunting itu Penting. 2022. Bisa diakses di: https://promkes.kemkes.go.id/cegah-stunting-itu-penting
    7. Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan. Stunting dan Pencegahannya.2023. Bisa diakses di: https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/2483/stunting-dan-pencegahannya






    DokterTaura
    I am a pediatrician, writer dan blogger

    Related Posts

    48 komentar

    1. Saya jadi ingat yang disampaikan oleh Dokter bahwa faktor genetik belum terlalu berpengaruh pada 1000 HPK sehingga bukan bisa menjadi alasan bagi orang tua yang seringkali menyebut terlambatnya pertumbuhan anak berkaitan dengan bawaan/genetik dari salah satu atau kedua orang tuanya.
      Setelah membaca artikel ini saya juga baru tau kalau sebenarnya banyak sekali program dan gerakan yang telah dicanangkan untuk mencegah stunting. Kuranya hal ini perlu disemarak luaskan agar tiap masyarakat di berbagai kalangan bisa lebih aware terkait stunting ini sejak lebih awal. Terima kasih banyak Dokter

      BalasHapus
      Balasan
      1. Pemerintah dalam hal ini Kementerian KEsehatan sudah berupaya maksimal mengendalikan tingginya angka stunting di Indonesia.... Tanggungjawab ada di tangan masyarakat semuanya, terutama tantangan bagi nakes....

        Hapus
    2. Salwa Rizqi Salsabila31 Juli 2023 pukul 15.51

      Informasi yg sangat lengkap tentang per-stunting an, terimakasih banyak dokter. Banyak sekali upaya pencegahan stunting ini ternyata, namun pada kenyataannya masih banyak orang tua yang kurang tau bagaimana cara menghindari terjadinya stunting pada anak2. Dan ternyata upaya pencegahannya harus dimulai sejak usia produksi ya dok, wow informasi yang saya sendiripun baru tau.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Salah satu penyebab stunting adalah kurangnya edukasi ke masyarakat terutama para ibu. Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita semua...

        Hapus
    3. Lengkap sekali pemaparannya, Dok..
      Anak saya yang kedua ASInya ngga sampe 6 bulan karen ASI nya ngga kluar lagi. Tapi syukurlah anaknya tumbuh sehat dan normal, InsyaAllah...
      Posyandu penting bangeet untuk anak bayi, ya...
      Jadi kepikiran, Gimana nasib anak-anak yang ada di pelosok yang ngga tersentuh petugas posyandu...

      BalasHapus
      Balasan
      1. Posyandu memang salah satu pos pelayanan andalan yang paling terjangkau oleh masyarakat. Tinggal kesadaran para orang tua dalam memantau kesehatan dan tumbuh kembang bayinya...

        Hapus
    4. MasyaAllah sangat lengkap sekali penjelasan mengenai stunting ini nggih dokter, jadi lebih terbuka dan mendapat wawasan tambahan mengenai stunting yang ternyata sangat banyak sekali program dari pemerintah untuk pencegahan stunting. Semoga dengan adanya artikel ini dapat membantu orangtua dan para pembaca agar lebih melek informasi mengenai stunting sehingga tidak hanya menganggap bahwa stunting hal yang remeh. Terimakasih atas ilmunya dokter.

      BalasHapus
    5. Muhamad nurul robby31 Juli 2023 pukul 21.44

      terima kasih atas informasinya dokter, sangat lengkap mengenai antropometri anak , sangat membantu kami dalam memahami cara mengukur pertumbuhan dan perkembangan si kecil

      BalasHapus
    6. terima kasih dokter atas informasinya sangat berguna sekali untuk mengetahui terkait dengan stunting

      BalasHapus
    7. Pencegahan stunting sesungguh dimulai dari bumil ya Mas. Itulah titik awal atau "modal dasar" pertumbuhan anak yang sesungguhnya. Jadi gak boleh dianggap enteng soal asupan gizi saat ibu sedang mengandung.

      Informasi setelah anak terlahirkan sangat lengkap banget di atas. Bisa jadi rujukan yang sahih bagi para (calon) orang tua yang sedang merancang tumbuh kembang bayi/anak di usia keemasan. Gak cuma tentang asupan tapi juga hal-hal lain yang menunjang agar tidak ada lagi stunting di tanah air.

      BalasHapus
    8. Sejak pindah ke kawasan Jatinangor (kabupaten Sumedang) rasanya sedih banget,
      Banyak anak stunting atau mepet2 stunting, bukan karena ortunya gak mampu tapi lebih ke masalah pemahaman gizi
      Bukannya diberi asupan gizi, balita malah cuma diberi nasi hangat dibumbui garam. Udah, cuma itu

      BalasHapus
    9. Kalau memperhatikan tentang stunting ini, sepertinya masih terus jadi permasalahan yang belum ditemukan kunci penyelesaian yang pas ya. Meski begitu harus tetap yakin, dan lanjutkan sosialisasi secara masif agar banyak yang makin aware dengan stunting

      BalasHapus
    10. Iya, saya pun sering mendengar istilah stunting ini, nggak cuma disebutkan oleh dokter /tenaga kesehatan, tapi juga oleh politikus/pejabat daerah.

      Ternyata stunting bukan cuma urusan berat dan tinggi badan ya, tapi sampai mempengaruhi perkembangan otak juga.

      BalasHapus
    11. Terima kasih informasinya dokter, super lengkap. Pencegahan stunting bisa dimulai dari remaja, karena insyaAllah akan menjadi seorang ibu. Pada dasarnya, stunting bukan hanya tentang, berat badan, tinggi badan atau panjang badan yang kurang. Itu yang masih perlu disosialisasikan ke masyarakat luas

      BalasHapus
    12. Sejak jadi orangtua, apalagi salah satunya perempuan, saya baru menyadari agar keturunan tetap sehat memang harus dimulai sejak dini. Justru jangan menunggu nikah dan hamil dulu.

      Ya, meskipun saya merasa dulu cuek banget sama urusan makanan dan kesehatan. Bersyukur anak-anak gak stunting. Tapi, saya pengen anak-anak lebih peduli dengan asupannya.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Edukasi tentang stunting dan gaya hidup sehat memang sebaiknya dimulai saat remaja, dimasukkan kurikulum SMA....

        Hapus
    13. Lengkap dan mudah dipahami, Dok ^^ Dampak stunting memang serius dan sifatnya jangka panjang ya Dok?
      Edukasi soal stunting ini memang harus gencar..

      BalasHapus
      Balasan
      1. Betul banget kak... Stunting tidak melulu tentang perawakan pendek, tapi lebih parah dari itu... Dampaknya bisa merugikan negara puluhan tahun ke depan

        Hapus
    14. Stunting masih menjadi masalah serius di Indonesia, walau kyknya emang udah mayan membaik ketimbang tahun2 sebelumnya. Namun kyknya pemerintah PR-nya masih banyak, begitu pula dengan masyarakat ya kudu mau belajar ttg gizi, khususnya sebelum menikah dan punya anak, supaya bisa melahirkan geenrasi selanjutnya yang sehat dan pintar.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Absolutely agree... Diperlukam kesadaran masyarakat untuk mengendalikan stunting ini... Partisipasi masyarakat harus aktif dan inovatif

        Hapus
    15. Dok, misalnya bayi hingga balita normal, apakah masalah stunting ini masih membayangi ketika masa pertumbuhan usia sekolah dasar?
      Saat ini kalau diukur dengan teman-temannya, ananda tuh termasuk jajaran barisan depan. Huhuhu, yang mana barisan ini diisi oleh anak-anak bertubuh lebih pendek dari teman satu kelasnya.

      Haturnuhun, dok atas jawabannya.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Pada anak diatas 5 th, selain faktor nutrisi, pertumbuhan tinggi badan anak juga dipengaruhi oleh faktor genetik dan aktivitas fisik

        Hapus
    16. Dulu saat anak saya bayi, gak pernah tau istilah stunting hingga dokter anak yang menangani anak sy bilang jika berat badan tidak difokusi bisa berdampak pada stunting. Saya cuma melongo. Alhamdulillah ada tulisan lengkap seperti ini yang harus di share Ibu muda. Bahwa stunting itu ada ukurannya dan ada sebabnya (bahkan sejak kehamilan). Bukan sekadar pendek atau berat badan kurang saja. Makasih dok atas semua ilmunya ini. Berkah jadi pahala jariyah.

      BalasHapus
    17. Dok, gimana kalo ga rajin catatan pertumbuhan anak ya? Apakah masih bisa di lacak historiinya? Kalo ibunya lupa gmn ya dok, ga ada data nya hehe

      BalasHapus
    18. Stunting masih jadi masalah besar di Indonesia, ya. Semoga segera teratasi, deh

      BalasHapus
    19. Thanks banget dok untuk pemaparan lengkapnya, kayaknya saya bakal sering mampir ke halaman ini. Di anak pertama dulu saya sering ikut seminar awam online dan offline tentang pemberian makan anak, asi, menyusui, mpasi dll dan kaitannya dengan anak. Banyak yg nyinyir memang, dibikang: buat apa? Saya jawab: buat pegangan saya membesarkan anak saya. Cara oemberian mpasi saya dibilang ribet dan banyak aturan oleh mertua saya. Namun itu tdk mematahkan semangat saya untuk memberikan yang terbaik ke anak saya bahkan sampai ke anak kedua ini. Sedih rasanya waktu baca ternyata masih banyak kasus stunting, padahal sumber ilmu sudah banyak tersebar di internet dan dimana aja.

      BalasHapus
    20. Salah satu penyebab stunting adalah kesadaran orang tua khususnya pasangan muda akan nutrisi mulai dari persiapan kehamilan, saat hamil dan ketika sudah melahirkan. Karena tidak peduli maka wal hasil anak jadi stunting. Edukasi tentang stunting perlu disebarluaskan.

      BalasHapus
    21. Informasinya sangat lengkap, Pak Dokter. Kebetulan sy tinggal di daerah yang angka stuntingnya cukup tinggi. Salah satu yang perlu diperhatikan adalah kesadaran masyarakat melalui edukasi. Masih banyak perempuan dan ibu-ibu yang kurang memperhatikan nutrisi dari makanan yang dikonsumsi. Masih banyak laki-laki, bahkan seorang ayah yang merokok padahal punya bayi. Walaupun pemerintah sudah mulai gencar dengan meluncurkan gerakan-gerakan cegah dan atasi stunting, tapi kalo masyarakatnya masih belum aware yaa akan cukup sulit. Dengan ada tulisan-tulisan seperti ini jadi salah satu cara untuk meliterasi.

      BalasHapus
    22. Pencegahan stunting ternyata memang harus melibatkan banyak pihak dan juga harus kompak, ya, dok, bahkan saat bayi belum lahir alias ketika ibu sedang mengandung. Peran posyandu jangan disepelekan untuk memeriksakan kandungan selama ibu hamil, baik kader posyandu maupun ibu hamil harus sama-sama aktif ya untuk memeriksakan kesehatan janin

      BalasHapus
    23. Inget banget waktu periksa hamil, diingatkan sama dokter kandungan untuk benar-benar rajin periksa kehamilan dan perhatikan asupan yang masuk untuk janin karena stunting itu bisa dicegah sejak dari kehamilan. Alhamdulillah punya bayi satu tahun, belum ada indikasi ke arah stunting baik dr posyandu dan dokter anak. Artikelnya keren dan ringat banget, ga berasa baca artikel kesehatan yang rumit banget sama istilah ilmiah

      BalasHapus
      Balasan
      1. Alhamdulillah.... Semoga bayinya terhindar dari segala penyakit yang berbahaya ya... Jangan lupa imunisasi

        Hapus
    24. Masih banyak masyarakat yang salah kaprah perihal stunting ini. Mereka menganggap anak stunting itu anak yang kurus. Padahal iklan layanan masyarakat tentang stunting kerap berseliweran di televisi.

      BalasHapus
      Balasan
      1. Iya betul. Saya juga pernah dapat rujukan dari posyandu karena malnutrisi, berat badannya rendah tapi dibilang stunting.... Walaupun sebenarnya BB rendah itu salah satu red flag dari stunting sih

        Hapus
    25. Terimakasih atas penjelasannya dok, ternyata dampak stunning ini ngeri juga. Kıta sebagai perempuan saat hamil memang harus mulai Memperhatikan apa yang kita makan dan berapa nilai gizinya agar anak yang di kandung tercukupi kebutuhan gizinya. Efek stunning jangka panjang dilingkungan masyarakat bisa saja adanya bullying ini akan berakibat kurangnya kepercayaan diri sana anak-anak juga ini.

      BalasHapus
    26. Sebagian besar masyarakt belum paham cara mencegah dan mengatasi stunting ya Dok, padahal dampaknya cukup mengerikan
      Ternyata stubting bisa dicegah sejak dini, sejak kehamilan ya

      BalasHapus
    27. Mempertimbangkan aku sebagai ibu memiliki tinggi yg tidak sama dg orang2 pada umumnya. Aku sempat khwatir juga dg pertumbuhan tinggi badan anak2ku. Namun jika melihat dr gen ayahnya yg cukup tinggi aku optimis anak2 bisa meniru ayahnya.

      Tapi baca ini aku jado mikir lagi faktornya banyak ternyata ya dok. Khususnya nutrisi anak2

      BalasHapus
    28. selama ini bertebaran dimana-mana mengenai slogan "cegah stunting", ternyata memang benar stunting ini harus dicegah supaya tidak terjadi. Bila anak mengalami stunting, pada akhirnya akan berdampak kemana-mana yg salah satunya berdampak pada menurunnya kapasitas intelektual si kecil dan berpengaruh juga pada kecerdasan si kecil di sekolah.

      BalasHapus
    29. Masyaallah sangat lengkap sekali nggih dokter penjelasan mengenai stunting. Ternyata stunting itu dapat dicegah, bahkan bentuk pencegahannya dapat dilakukan sejak dini, bahkan sebelum masa kehamilan. Salah satunya untuk para perempuan rutin untuk minum TTD, untuk bumil rutin periksakan kandungannya untuk dilakukan USG. Insyaallah dengan istilah ABCDE cegah stunting apabila terus digencarkan dan dilaksanakan angka kejadian stunting akan berkurang. Informasi yang sangat bagus dan lengkap untuk para calon orang tua dan orang tua. Terimakasih banyak dokter

      BalasHapus
    30. Fairuz Din Sukowati6 November 2023 pukul 17.53

      Stunting memang terkadang dianggap sepele, perkara sang anak pendek. Tetapi sebenarnya dampak yang ditimbulkan tidak main-main. Berbagai komplikasipun dapat menyertainya. Oleh karena itu perlunya pemahaman terkait stunting ini. Dan bahwasanya stunting sangat bisa untuk dicegah. Insyaallah dengan artikel ini semakin memberi wawasan terkait stunting dan dapat mengurangi angka kejadian stunting kedepannya

      BalasHapus
    31. Muhammad Alwan Al Khawarizmi6 November 2023 pukul 17.56

      Ternyata seberbahaya itu stunting ya dok 🥲 apalagi prevalensinya juga cukup tinggi di Indonesia, dimana masyarakat kita banyak yang belum tahu bagaimana bahayanya stunting dan juga bagaimana cara mencegah stunting ini. Ternyata penyebabnya multifaktorial dan banyak yang harus digali jika kita menemukan kasus stunting ini, terima kasih banyak penjelasannya dokter 🙏🏻

      BalasHapus
    32. Masya Allah terima kasih dokter atas penjelasan yang sangat lengkap ini. Di masyarakat, stunting ini sering diremehkan sebagai suatu hal yang biasa saja, akan tetapi ternyata memiliki dampak yang sangat signifikan yang bersifat irreversibel pula sehingga memang alangkah baiknya dilakukan pencegahan stunting yang telah secara lengkap diulas dari penjelasan dokter yang sangat mudah dipahami ini.

      BalasHapus
    33. Ilmu sudah, Fasilitas Ada.. yuk tinggal motivasi dan usaha orangtua untuk kepentingan masa depan anak supaya menghasilkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan bebas stunting 🍞👍🏼

      BalasHapus
    34. Aku jadi ingat yang di informasikan oleh Dokter kalau aspek genetik belum sangat mempengaruhi pada 1000 HPK sehingga bukan dapat jadi alibi untuk orang tua yang kerapkali menyebut terlambatnya perkembangan anak berkaitan dengan bawaan/ genetik dari salah satu ataupun kedua orang tuanya.
Setelah membaca postingan ini aku pula baru tau jika sesungguhnya banyak sekali program serta gerakan yang sudah dicanangkan buat menghindari stunting. Kuranya perihal ini butuh disemarak luaskan supaya masing- masing warga di bermacam golongan dapat lebih aware terpaut stunting ini semenjak lebih dini. Terima kasih banyak Dokter

      BalasHapus
    35. Alhamdulillah, terimakasih banyak dokter atas ilmunya. Nyatanya lingkar kepala itu berarti buat kanak- kanak . Selaku tenaga medis wajib senantiasa aware dengan anak. Apakah lingkar kepalanya wajar ataupun tidak. Supaya lekas bisa ditindaklanjuti bila terdapat kelainan

      BalasHapus
    36. Dinda Alifia Darmajik31 Januari 2024 pukul 10.33

      wahh ternyata banyak sekali cara mencegah stunting bahkan bukan hanya ketika menjadi orangtua, sebelum itu pun kita dapat mempersiapkannya seperti konsumsi rutin tablet tambah darah bagi wanita, di indonesia memang banyak sekali orangtua yang tidak menyadari bahwa anak mereka stunting karena kurangnya pemahaman, padahal dampak dari stunting sendiri tidak bisa dianggap sepele. Banyak juga pertanyaan dari masyarakat sekitar mengenai stunting seperti : apakah anak yang terlanjur stunting masih bisa diperbaiki atau diobati, terimakasih atas ilmunya dokter.

      BalasHapus
    37. Ternyata mencegah stunting tidak hanya pada ibu yang sudah memiliki anak ya. Persiapan memiliki anak terutama calon ibu ternyata dimulai dari memenuhi kebutuhan sejak masa remaja ya. Banyak orang tua yang beranggapan makan anaknya banyak namun tidak dipikirkan tentang nutrisi yang terkandung didalamnya. Dampak yang ditimbulkan dari stunting juga tidak main-main ya, terimakasih dokter untuk artikel yang sangat bermanfaat ini

      BalasHapus
    38. Stunting masalaha serius yang bisa di cegah, penyakit pasti ada obatnya dan stunting pasti ada solusinya. butuh banyak elemen untuk utnuk mencegah stunting. mulai dari dengan edukasi diri sendiri dan sebarkan kebaikan dari sumber yang terpercaya. terimakasih dokter Taura atas ilmunya bismiillah barokah ami...

      BalasHapus
    39. Untuk mengatasi stunting ini memang memerlukan kerja sama dari banyak pihak. Langkah sederhana namun bisa berdampak besar yaitu membekali para remaja yang merupakan calon calon orang tua masa depan dengan informasi - informasi seperti di blog dokter Taura ini.

      BalasHapus

    Posting Komentar