blog dokter taura big ad

INI YANG HARUS ORANG TUA LAKUKAN JIKA SI KECIL MENJADI KORBAN BULLYING

Beberapa hari terakhir, berita tentang kasus perundungan (bullying) kembali marak. Trauma psikologis tentu saja akan selalu membekas pada diri korban. Demikian juga dengan para pelaku yang mendapatkan hukuman yang setimpal. Penyesalan, jera dan merasa menjadi beban keluarga, tentu menjadi masalah psikologis tersendiri yang juga tak mudah untuk dihilangkan begitu saja.

Beberapa ahli menyebutkan bahwa bullying juga dapat menjadi prediktor munculnya gangguan jiwa di masa depan.

Bullying bisa menimpa siapa saja, baik tua maupun muda, tak terkecuali anak-anak kita. Sekolah sebagai salah satu tempat berkumpul dan bersosialisasi dengan teman sebaya, menjadi tempat yang paling sering terjadi kasus bullying.

Tak peduli apa profesi orang tua, tak peduli seprotektif apa orang tua terhadap anak-anaknya, kasus bullying bisa menimpa siapa saja.

Seorang penulis lepas memaparkan pengalaman salah satu keponakannya yang menjadi korban bullying di sekolah. Wanita penyuka kucing yang hobi membaca buku tentang perempuan itu membuat question mark besar bertuliskan: "Lantas, apa yang harus dilakukan oleh orang tuanya? 

Bullying juga dapat menjadi prediktor munculnya gangguan jiwa di masa depan.

Definisi Bullying

Bullying adalah perilaku agresif yang berulang, disengaja dan menyakitkan secara fisik atau emosional. Pada kondisi ini terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dengan korban perundungan, dimana korban tidak mampu membela diri secara efektif untuk menghentikan perilaku intimidasi tersebut.

Menurut UNICEF, ada 3 karakteristik dasar dalam mengidentifikasi kasus bullying, yaitu: disengaja (untuk menyakiti), terjadi secara berulang-ulang, dan ada perbedaan kekuasaan.

Seorang pelaku bullying memang bermaksud menyebabkan rasa sakit pada korbannya, baik menyakiti fisik atau kata-kata atau perilaku yang menyakitkan, dan melakukannya berulang kali. Anak laki-laki lebih mungkin mengalami bullying fisik, sedangkan anak perempuan lebih mungkin mengalami bullying secara psikologis, walaupun jenis keduanya tentu cenderung saling berhubungan.

Anak-anak yang paling rentan menghadapi risiko lebih tinggi untuk di-bully seringkali adalah anak-anak yang berasal dari masyarakat yang terpinggirkan, anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah, anak-anak dengan penampilan atau ukuran tubuh yang berbeda, anak-anak penyandang disabilitas, atau anak-anak migran dan pengungsi.

Jenis Bullying.

Ada 3 jenis bullying, yaitu: Traditional bullying, Sexual bullying dan Cyber bullying.

Traditional Bullying

Bullying jenis ini ini dapat terjadi secara langsung (direct bullying):
  • Fisik (memukul, mendorong, menendang, menarik rambut)
  • Verbal (memanggil nama, menggoda, menertawakan,mengejek)
  • Berbagai perilaku negatif yang disengaja
Bullying yang terjadi secara tidak langsung (indirect bullying):
  • Pengucilan/isolasi sosial/relasional/exclusionary, seperti: larangan dari suatu kelompok, meninggalkan/menghindari
  • Emotional bullying: Memfitnah, berbicara di belakang, menyebar rumor, memanipulasi hubungan

Sexual Bullying

Termasuk bullying jenis ini adalah mengganggu orang lain secara seksual (juga dirujuk sebagai pelecehan seksual): sentuhan yang tidak pantasdan tidak diinginkan, menggunakan bahasa seksual, menekan orang lain untuk melakukan tindakan yang tidak senonoh)

Cyber Bullying

Termasuk kategori ini adalah menyebar pesan teks/berita yang tidak benar, yang menyakitkan, melalui internet atau peralatan elektronik lainnya. Cyber bullying berdampak lebih parah karena lebih mudah dan lebih cepat meluas dibandingkan traditional
Ada tiga jenis bullying pada anak: traditional bullying, sexual bullying dan cyber bullying

Dampak Bullying

Bullying dapat menimbulkan dampak yang berbahaya dan jangka panjang bagi anak-anak. Selain efek fisik dari bullying, anak-anak dapat mengalami masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan, yang dapat menyebabkan penyalahgunaan narkoba dan penurunan prestasi di sekolah. 

Tidak seperti bullying secara langsung, cyberbullying dapat menjangkau korban di mana saja, kapan saja. Hal ini dapat menyebabkan bahaya besar, karena dapat dengan cepat menjangkau khalayak luas dan meninggalkan jejak permanen secara online untuk semua yang terlibat di dalamnya.

Anak Anda jadi Korban Bullying? 

Sebagai orang tua, kita sebaiknya paham apa saja tanda-tanda yang sering dialami oleh korban bullying. Baik Ayah maupun Bunda seharusnya aktif menggali informasi. Menunggu (secara pasif) anak melapor ke orang tua, sering kali menyebabkan deteksi dini terjadinya kasus bullying, menjadi terlambat.

Tanda-tanda yang sering dialami pada anak yang mengalami bullying adalah: 

  1. Cedera yang tidak dapat dijelaskan
  2. Sering sakit kepala, sakit perut, atau merasa mual
  3. Perubahan suasana hati, anak yang sebelumnya bahagia dan menyenangkan
  4. Menarik diri atau marah
  5. Perubahan kebiasaan makan (anak sulit makan atau menghindari makan bersama)
  6. Sulit tidur, mimpi buruk atau anak mengalami gangguan tidur.
  7. Nilai sekolah yang turun, kehilangan minat di sekolah atau tidak mau sekolah
  8. Tiba-tiba kehilangan teman atau menghindari situasi sosial

Apa yang Harus Dilakukan Orang Tua?

Peran orang tua dalam menyelesaikan kasus bullying, sangat penting karena orang tua menjadi satu-satunya orang yang mempercayai korban dam menjadi harapan terbesar bisa membantu menyelesaikan masalah.

Berikut adalah panduan UNICEF untuk para orang tua dalam menyikapi anaknya yang menjadi korban perundungan.

Jika orang tua tahu anaknya di-bully, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membantu mereka:

Mendengarkan anak secara terbuka dan tenang;
Memberitahu anak, bahwa Anda (orangtua) mempercayai anak
Bicara dengan guru dan pihak sekolah
Menjadi bagian dari support system.
  1. Dengarkan anak Anda secara terbuka dan tenang. Berfokuslah untuk membuat mereka merasa didengar dan didukung, alih-alih mencoba menemukan penyebab bullying atau mencoba menyelesaikan masalah. Pastikan mereka tahu bahwa itu bukan kesalahan mereka.
  2. Beri tahu anak bahwa Anda mempercayai mereka; bahwa Anda senang mereka memberi tahu Anda; bahwa itu bukan kesalahan mereka; Anda akan melakukan yang terbaik untuk mendapatkan bantuan.
  3. Bicaralah dengan guru atau pihak sekolah. Anda dan anak Anda tidak harus menghadapi bullying sendirian. Tanyakan apakah sekolah Anda memiliki kebijakan atau panduan mengenai perilaku bullying. Ini mungkin berlaku untuk bullying secara langsung dan online
  4. Jadilah sistem pendukung. Untuk anak Anda, memiliki orang tua yang suportif sangat penting untuk menghadapi efek bullying. Pastikan mereka tahu bahwa ia dapat berbicara dengan Anda kapan saja dan meyakinkannya bahwa semuanya akan menjadi lebih baik.
Orang tua siap diajak bicara kapan saja dan meyakinkan anak bahwa semuanya akan menjadi lebih baik.

Apa yang Harus Dilakukan Anak?

Langkah pertama yang bisa dilakukan oleh anak jika dibully adalah mencari bantuan dari seseorang yang dipercaya seperti orang tua, anggota keluarga terdekat atau orang dewasa lain yang dipercaya. Anak bisa melaporkan kepada guru, seperti guru BK, guru olah raga atau guru mata pelajaran. 

Jika tidak merasa nyaman berbicara dengan seseorang yang dikenal, anak bisa menghubungi Telepon Pelayanan Sosial Anak (TePSA) di nomor telepon 1500 771 atau WA 081 238 888 002, anak dapat konsultasi dengan konselor professional. 

Jika bullying terjadi di media sosial, anak bisa memblokir akun pelaku dan melaporkan ke media sosial tersebut. Bukti-bukti bullying dikumpulkan dan disimpan untuk menunjukkan apa yang telah terjadi

Pencegahan Bullying

United Nations Children's Fund atau UNICEF memberikan panduan bagaimana cara membicarakan bullying dengan anak:
  1. Ajari anak-anak Anda tentang bullying. Begitu mereka tahu apa itu bullying, anak-anak Anda akan dapat mengidentifikasinya dengan lebih mudah, apakah itu terjadi pada mereka atau orang lain.
  2. Bicaralah secara terbuka dan sering kepada anak-anak Anda. Semakin sering Anda berbicara dengan anak-anak Anda tentang bullying, semakin nyaman mereka memberi tahu Anda jika mereka melihat atau mengalaminya. Periksa anak-anak Anda setiap hari dan tanyakan tentang waktu mereka di sekolah dan aktivitas mereka secara online, menanyakan tidak hanya tentang kelas dan kegiatan mereka, tetapi juga tentang perasaan mereka.
  3. Bantu anak Anda agar menjadi panutan yang positif. Ada tiga pihak yang terlibat dalam bullying: korban, pelaku, dan saksi. Bahkan jika anak-anak bukan korban bullying, mereka dapat mencegah bullying dengan bersikap positif, hormat, dan baik kepada teman sebayanya. Jika mereka menyaksikan bullying, mereka dapat membela korban, menawarkan dukungan, dan atau mempertanyakan perilaku bullying yang terjadi.
  4. Membantu membangun kepercayaan diri anak Anda. Dorong anak Anda untuk mengikuti kelas atau bergabung dengan kegiatan yang ia sukai di lingkungan Anda atau di sekolahnya. Ini juga akan membantu membangun kepercayaan diri serta menambah teman dengan minat yang sama.
  5. Jadilah teladan. Tunjukkan pada anak Anda bagaimana memperlakukan anak-anak lain dan orang dewasa dengan kebaikan dan rasa hormat, serta melakukan hal yang sama kepada orang-orang di sekitar Anda, termasuk cobalah membela ketika orang lain diperlakukan dengan tidak baik. Anak-anak melihat orang tua mereka sebagai contoh bagaimana cara berperilaku, termasuk memposting secara online.
  6. Jadilah bagian dari pengalaman online mereka. Biasakan diri Anda dengan platform yang digunakan anak Anda, jelaskan kepada anak Anda bagaimana dunia online dan dunia offline terhubung, dan peringatkan mereka tentang berbagai risiko yang akan mereka hadapi secara online

Rekomendasi UNICEF tentang Kasus Bullying di Indonesia

Menurut UNICEF dalam laporannya "BULLYING IN INDONESIA: Key Facts, Solutions, and Recommendations", sebanyak 41% anak Indonesia di bawah usia 15 tahun pernah mengalami perundungan beberapa kali dalam sebulan (2018).
Mengingatnya tingginya angka kejadian bullying atau perundungan di Indonesia ini, maka UNICEF mengeluarkan rekomendasi:
Perundungan harus distop, karenanya korban harus melapor.
  1. Pastikan guru menggunakan disiplin positif sebagai alternatif hukuman fisik dan emosional yang berbahaya
    • Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bekerja sama dengan UNICEF menyelenggarakan pelatihan terintegrasi tentang "Positive Discipline" untuk semua guru.
    • Membuat pedoman yang jelas untuk disiplin siswa di tingkat nasional karena sistem yang ada saat ini memberikan banyak kebebasan kepada sekolah untuk menerapkan hukuman berbasis nilai seperti mengeluarkan anak perempuan yang sedang hamil.
  2. Menerapkan program pencegahan perundungan dan kekerasan terhadap teman sebaya melalui sekolah.
    • Mengedepankan nilai-nilai seperti kerjasama, toleransi dan kebaikan sebagai bagian dari pengembangan karakter dapat mengurangi intimidasi dan bentuk kekerasan lainnya di sekolah dan pada gilirannya menciptakan lingkungan belajar yang lebih baik bagi siswa sebagai bagian dari anggota masyarakat dalam jangka panjang
    • Ciptakan "National Kindness Campaign" bersama dengan UNICEF dan mitra lainnya untuk menyebarkan kebaikan dan toleransi serta mengakhiri perundungan di sekolah-sekolah di Indonesia.
  3. Mengembangkan kebijakan perlindungan anak termasuk kode etik untuk guru dan administrasi sekolah dalam mencegah dan mengatasi masalah perilaku staf terhadap staf lain serta siswa.

Kesimpulan

  1. Bullying adalah perilaku agresif yang berulang, disengaja dan menyakitkan secara fisik atau emosional.
  2. Bullying merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang berdampak terhadap kesehatan fisik, mental, sosial, pendidikan, hingga dewasa.
  3. Bullying dapat terjadi dalam bentuk bullying tradisional (fisik, verbal, tindakan sosial) maupun cyber bullying.  
  4. Dampak yang berat adalah gangguan kesehatan mental, gangguan kualitas hidup, sampai pada upaya bunuh diri dan bunuh diri. 
  5. Penanganan dan pencegahan bullying berbasis sekolah sangat penting dilakukan dengan melibatkan orangtua, sehingga memberikan hasil yang efektif.

Referensi

  1. Windiani I. 2023. Anak dibully, oramg tua harus bagaimana?. Family centered Professional Partnerships in Child’s Growth and Developmen Practices, 15-29.
  2. United Nations Children's Fund (UNICEF)Cara Membicarakan Bullying dengan Anak Anda: Tips untuk orang tua. Diakses di https://www.unicef.org/indonesia/id/cara-membicarakan-bullying-dengan-anak-anda
  3. United Nations Children's Fund (UNICEF). Bullying in Indonesia: Key Facts, Solutions, and Recommendations. Diakses di https://www.unicef.org/indonesia/media/5606/file/Bullying

DokterTaura
I am a pediatrician, writer dan blogger

Related Posts

34 komentar

  1. Bullying dalam bentuk apapun bukanlah suatu tindakan yg dibenarkan dalam kondisi apapun
    Orang tua menjadi fokus utama pada topik kali ini sangatlah efektif dalam menekan/menghilangkan kebiasaan bullying. Karena kepada siapa lagi anak harus mengadu jika bukan orang tua nya yang secara terikat "orang dekat" dengan anak. Bukan hanya berlaku pada anak yang mengalami bullying tapi bagaimana seluruh aspek kehidupan anak termasuk pelaku bullying perlu ditindak secara tepat agar menciptakan lingkungan yang positif bagi anak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Agar anak terhindar dari perundungan (baik sebagai korban maupun pelaku), harus cukup pendapat kasih sayang, perhatian dan support positif dari keluarga, terutama orang tua.

      Hapus
  2. bullying saat ini lagi marak2nya terjadi di sekolahan. baik sekolah umum maupun di pesantren. banyak sekali yang membentuk kelompok2 circle2 bahkan saling menjatuhkan. Anak yang terkena bullying ini dampaknya tidak tanya saat itu aja. namun sampai kedepannya akan membekas pada dirinya.

    anak yg jadi korban ini justru mereka sanat butuh perhatian di lingkungan sekitar bahkan ortu pun harusnya terjun langsung untuk mendengarkan keluhan si Anak. agar anak tidak menumpuk dalam hati dan memendamnya dan akhirnya menimbulkan kedepresan Pada Anak.

    hal ini pending sekali bagi kita dan bagi ortu untuk melihat kondisi Anak. terimakasih banyak dokter taura yang sudah mengulas hal ini. biar kita semua aware dg hal ini..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget ya... DAmpak bullying ini bisa dibawa hingga dewasa.... Semoga ini hanya opini ya, bukan curhat

      Hapus
  3. Bullying merupakan hal yang sangat berbahaya, bahkan dapat menimbulkan dampak jangka panjang bagi anak-anak. Selain efek fisik dari bullying, anak-anak dapat mengalami masalah kesehatan mental dan emosional, termasuk depresi dan kecemasan. Orang tua dan guru harus lebih aware terhadap hal ini. Thanks Dokter informasi yang sangat menarik🙏🏻
    #StopBullying

    BalasHapus
  4. Kalau udah tiba² menarik diri dari pergaulan perlu diperhatikan ya berarti. Dan sebisa mungkin mendengarkannya tatkala bercerita.
    Oh iya perlu juga gak sih untuk belajar bela diri sebagai pencegahan?

    BalasHapus
  5. Bullying merupakan suatu tindakan yang sangat tidak dapat dibenarkan, bullying memiliki dampak negatif baik jangka pendek maupun jangka panjang
    Melihat dari hal tersebut, pemerintah sudah seharusnya mengambil tindakan guna memberantas terjadinya tindakan bullying, karena baik secara langsung maupun tidak langsung hal ini dapat merusak generasi penerus bangsa
    Peran orang tua tentunya juga sangat penting sebagai first line penanganan bullying

    BalasHapus
  6. Krucil saya pernah di bullying hanya karena badannya lebih besar dibandingkan anak lain. Dan yang bikin kesal lagi, orang tua si anak-anak pembullying membela anaknya dengan dalih.. Ah, namanya anak-anak. Dan menang orang tus harus segera mengambil tindakan. Bagus sekali memang membiasakan anak untuk bercerita apa yang dialami selama di sekolah atau di luar rumah.

    BalasHapus
  7. bullying masih menjadi kasus terpopuler kalau di sekolah. Mulai bullying skala kecil hingga besar, ada memang. Jadi, membekali anak agar merespon kasus bullying itu tidak menakutkan banget, ya bikin anak punya skill hebat untuk menghadapi kasus bullying. Enggak bisa dipungkiri, semua orang pasti kena bullying. hanya saja porsinya, yang beda- beda

    BalasHapus
  8. Miris memang membaca berbagai kasus bullying akhir-akhir ini, yang bahkan membuat korbannya nggak cuma menderita luka, bahkan ada yang sampai kehilangan nyawa

    BalasHapus
  9. kuncinya komunikasi ya dok?
    Anak harus mau terbuka dan sulit dilakukan jika sejak awal komunikasi orangtua dan anak kurang lancar
    Karena anak punya alasan tersendiri (yang sering tak terduga) untuk menyembunyikan bullying yang dialami
    Mereka malah terbuka pada teman/sahabatnya
    Eniwei, sebetulnya apa sih penyebab seseorang menjadi pembully?
    Apakah pemakluman bahwa mereka sedang bercanda menjadi alasan kuat mereka tak mau menghentikan kegemaran membully?

    BalasHapus
  10. Aku pernah anakku ngalamin hal ini dok, akhirnya aku anterin dan tungguin selama sebulan penuh. Ketauan krn dia setiap mau sekolah kaya takut gak mau sekolah sedangkan dia suka belajar, awal aneh, akhirnya aku ajak bicara pelan2 bener di bully. Alhamdulilah sekarang udh nggak. Aku datengin anaknya langsung bawa ke ruang kepala sekolah.

    BalasHapus
  11. Ya Allaah~
    Sedih sekali karena bullying ini ada banyak sekali macamnya dan bisa terjadi pada siapa saja. Semoga, kita sebagai orangtua juga bukan termasuk orangtua yang membully anak-anak sendiri aliih-alih memberikan semangat.

    Banyak belajar dari apa yang ada di sekitar kita dan berdoa semoga Allaah jaga lisan para orangtua, terutama Ibu untuk tidak berkata kasar ((bullying verbal)) dan bullying fisik.

    Artikel Dokter Taura sangat membantu untuk hadapi bullying di sekitar kita.

    BalasHapus
  12. Miris sekaligus sedih, makin kesini kasus bulliying semakin menjadi-jadi. Keluarga terutama orang tua harus lebih aware pada tindak perilaku anak. Jika mengalami bulliying psikis nya bisa terdampak sampai dewasa. Dan keceeanya kasus begini belum banyak ditanggapi serius dan mendalam oleh berbagai pihak

    BalasHapus
  13. Dulu waktu SD aku pernah jadi korban bullying. Walau bukan kekerasan fisik. Tapi aku dikucilkan, gak ditemenin sama teman2 cewek saat kelas 1-2 SD. Itu gak enak banget. Waktu istirahat cuma bengong sendirian duduk-duduk di kelas. Gak ngerti juga kenapa mereka gak mau temenan sama aku. Yang kutahu waktu itu anak2 cewek menuruti kemauan temenku yg anak ibu kantin. Sedangkan aku gak mau disuruh-suruh jadi gak ditemenin hehehe

    BalasHapus
  14. Terima kasih atas ulasannya tentang bullyng dok. Akhir-akhur ini kok banyak sekali kasus bullying pada anak-anak, sebabnya apa ya dok? Apakah para pelaku pembulyan itu nggak punya rasa bersalah atau toleransi terhadap orang lain yang dibuly?

    BalasHapus
  15. Anak saya ni sering dibully. Biasanya setelah kejadian udah ga main lagi sama temen yang suka bully itu. Tapi setelah berselang waktu, lupa, tar main lagi. Jadi di rumah ya sering dipeluk-peluk aja si adek, dinasehatin kalo berteman itu harus milih, ga boleh sembarangan. Ini nasehat bakal berlaku sampai dewasa nanti. Pilih-pilih teman bukan berarti membedakan secara status, tapi soal akhlak, rasa aman dan nyaman dalam pertemanan. Toxic friend, jauhi. Di masnya udah bisa jauhi teman yang ga baik. Adeknya masih kapok lombok. Luka fisik dan hati sembuh, eh balik temenan lagi. Duuh...apa anak laki-laki emang se-easy going gitu ya Dok?

    BalasHapus
  16. Sedih sekali membaca angka 41%, Dok. Sudah hampir separuhnya. Sayang masih ada juga yang menganggap tindakan-tindakan bullying sebagai permainan atau bercandaannya anak-anak. Bahkan tidak sedikit juga perilaku bullying masih dilanjutkan oleh orang-orang dewasa terhadap rekan kerjanya ataupun kepada anggota keluarga, dengan anggapan bercanda.

    BalasHapus
  17. Akhir-akhir ini miris melihat kasus bullying yang beredar di sosial media, anak saya pun pernah menjadi korban bullying dan pelakunya tetangga, alhamdulillah ami dapat melewati saat itu, panjang prosesnya, mengembalikan kepercayaan diri, menguatkan anak kembali

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bullying emang lagi marak ya akhir-akhir ini, apalagi mereka berani melakukan bully dan menyebarkannya di medsos. Aku ngeri, kenapa jahat banget ya. Aku juga setuju banget kalau kita harus membekali anak-anak kita dengan pengetahuan bullying. Supaya mereka tahu tindakan yang harus dilakukan ketika melihat atau mengalami kejadian itu.

      Hapus
  18. Kalau anak-anak mengalami tanda-tanda bullying harus segera di tangani ya Dok, karena dampak dari bullying ini bisa panjang dan terganggunya kesehatan mental anak. Serem banget nggak kebayang depresinya anak gimana, mana semakin hari kasusnya semakin banyak bahkan di lakukan sama anak yang masih kecil.

    BalasHapus
  19. Ini mengingatkan Umma pada bullying yang dilakukan oleh teman anak Umma..Perlahan melalui pendekatan secara langsung kepada yang membully pelan-pelan mulai membaik dan malah menjadi teman dekat

    BalasHapus
  20. Akhir2 ini sering banget lihat berita tentang bullying anak di medsos...jujur saja buat saya sangat mengerikan karena teringat punya banyak keponakan yang masih rawan terhadap bullying ini

    BalasHapus
  21. Meskipun tidak merasakan kekerasan secara fisik, saya pernah memiliki pengalaman dikucilkan pada usia sekolah dasar. Saat itu, saya tidak tahu bahwa itu termasuk bullying dan tidak tahu harus bagaimana menghadapinya.

    BalasHapus
  22. Terimakasih infonya pak Dokter.. peran orang tua memang samgat penting ya Dok. Tapi sekarang sudah ada layanan konsultasi lewat wa itu terobosam yang bagus

    BalasHapus
  23. Selama SD merasakan sekali jadi korban bullyng, karena kala itu diabaikan oleh pihak guru dan dianggap hanya sebuah permasalahan biasa dan bercanda jadi pelaku ya merasa melakukan pembenaran aja. Penting banget buat ga abaikan terhadap korban yang mengadu bila di-bully, didengar saja tuh udah bikin korban merasa lega. Efek bully-nya kerasa sampai saat ini, jadi masih menghindari kalau ada reuni 🤣. Yuk, lebih simpatik sama korban bully dan kalau menemukan kasus bully di sekitar kita

    BalasHapus
  24. Sepakat, Dok. Bullying harus ditangani oleh semua pihak. Orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat. Karena dampaknya sangat besar bagi perkembangan korban selanjutnya.

    BalasHapus
  25. Sayangnya terkadang orang tua yang harusnya menjadi pelindung buat anak dari kasus bullying, malah menjadi pelaku bullying terhadap anak. Bijak menjadi orang tua dan mau belajar dan berproses dengan membekali diri ilmu parenting sangat penting ya dok, untuk memberikan support dan memberikan solusi menenangkan untuk anak. TFS, dok.

    BalasHapus
  26. Memang miris sekali membaca berita terkait bullying akhir-akhir ini. Kejadiannya semakin marak dan terjadi di semua kalangan. Yang paling menyedihkan ada yang menggap bullying hanya sebagai "candaan" dan gak merasa bersalah terhadap korban.

    BalasHapus
  27. Dinda Alifia Darmajik27 Januari 2024 pukul 17.37

    Terimakasih atas informasinya Dokter.. Bullying harus ditangani oleh semua pihak. Orang tua, guru, teman sebaya, masyarakat dan pemangku kebijakan. Karena dampaknya sangat besar bagi perkembangan korban selanjutnya.
    Dan yang pasti korban bullying harus ada pendampingan yg tepat guna menjaga kesehatan mental korban bullying.

    BalasHapus
  28. Bullying berdampak buruk pada kesehatan mental dan emosional yang jadi korban. Penting untuk meningkatkan kesadaran seluruh masyarakat akan bahaya buruk bullying. Kata-kata dan tindakan seseorang memiliki kekuatan untuk menentukan nasib orang lain. Kita semua harus lebih aware dengan lingkungan kita. Terutama apabila di sekitar kita ada seseorang khususnya anak yang menjadi korban bullying. Kita semua memiliki kekuatan dan peran untuk mencegah dan menghentikan kasus bullying.

    BalasHapus
  29. apalagi di era digital seperti ini. Cyberbullying itu tdk hanya berbahaya bagi si korban, tapi bisa juga berbahaya bagi pelaku bullyingnya.Tidak semua orang yg terkena bullying (cyber atau bukan) itu memiliki mental yg kuat atau kondisi psikis yg terus bagus.

    BalasHapus
  30. bullying dikala ini lagi marak2nya terjalin di sekolahan / di lingkungan pekerjaan . baik sekolah universal. banyak sekali yang membentuk kelompok2 circle2 apalagi silih menjatuhkan. Anak yang terserang bullying ini akibatnya tidak tanya dikala itu aja. tetapi hingga kedepannya hendak membekas pada dirinya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Dampak bullying memang sedalam itu, melekat hingga dewasa, bahkan di alam bawah sadarnya. Yuk stop bullying...

      Hapus

Posting Komentar